Hadir dalam acara tersebut juara dunia Moon Dae-Sung sang juara dunia taekwondo Olimpiade 2004. dan juga brand ambasador indonesia Tya Ariestya. Jangan lewatkan kesempatan langka ini yaitu kejuaraan taekwondo bertaraf internasional yang ada di Indonesia. Bravo Taekwondo Indonesia
Laman
SELAMAT DATANG
Blog Dojang Taekwondo Wijaya Kusuma yang merupakan Unit latihan Taekwondo di bawah naungan CLub International Taekwondo Academy (ITA) berhaluan World Taekwondo Federation (WTF) Kukkiwon Korea Selatan dan berinduk pada PB TI (Pengurus Besar Taekwondo Indonesia). Dojang TKD Wijaya Kusuma terletak di Perumahan Citra Indah Cluster TNI AL Bukit Wijaya Kusuma Jonggol. Blog ini sengaja kami buat dengan tujuan sebagai media komunikasi & interaktif bagi seluruh pengurus dan anggota Dojang Takewondo Wijaya Kusuma serta komunitas Seni Bela Diri Taekwondo sekaligus sebagai arsip kegiatan Dojang Wijaya Kusuma. Blog ini berisikan tentang rangkuman materi Taekwondo yang diberikan pada saat latihan dan materi yang diadopsi dari berbagai situs web maupun blog yang ada di Internet dengan tujuan sebagai penyeragaman teknik serta turut memajukan dan mengembangkan TAEKWONDO Indonesia. Kami terbuka bagi kritik, saran & masukan yang membangun untuk seluruh komunitas bela diri Taekwondo demi kemajuan di masa yang akan datang. Semoga Blog ini dapat bermanfaat bagi seluruh keluarga besar Taekwondo Indonesia. Bravo Taekwondo
Minggu, 09 Desember 2012
KEJUARAAN TAEKWONDO INDONESIA OPEN 2012
Minggu, 18 November 2012
UJIAN KENAIKAN TINGKAT KE - 2 DOJANG TAEKWONDO WIJAYA KUSUMA
Para Taekwondoin bersiap melaksanakan UKT
Penyerahan piala kepada Taekwondoin Kevin P.
Penyerahan piala kepada Taekwondoin M. Februarista
Penyerahan piala kepada Taekwondoin Gerry A. P.
Pada hari Minggu tanggal 18 Nopember 2012 Dojang Taekwondo Wijaya Kusuma melaksanakan Ujian Kenaikan Tingkat (UKT) ke-2 di Gedung lapangan bulu tangkis tertutup Kelurahan Suka Maju Jonggol yang diikuti oleh 39 Tekwondoin. Sebagai Penguji adalah Pimpinan Club ITA Sabeum Nim Yefi Triaji dan Sabeum Juanda yang terjun langsung untuk menguji para Taekwondoin. UKT ini diupayakan dilaksanakan secara rutin setiap tiga bulan sekali sesuai dengan kurikulum Dojang TKD Wijaya Kusuma. Pada kesempatan UKT kali ini diramaikan dengan acara atraksi peragaan jurus dan simulasi perkelahian dengan menggunakan teknik TKD yang dilakukan oleh para anggota Taekwondoin Dojang Wijaya Kusuma sendiri. Acara berjalan sukses aman dan lancar, Seperti pada pelaksanaan UKT yang pertama dimana menjadi kebiasaan dan budaya Dojang kami setiap pelaksanaan UKT diberikan penghargaan medali dan piala sebagai motivasi bagi peserta UKT. Pada pelaksanaan UKT yang ke 1 diberikan medali kepada Taekwondoin Riko Adithya, Gerry A. P. dan Rehambyan A. S (Abi) pada kesempatan ini pula Sabeum Nim Yefi T. memberikan piala kepada peserta yang dinilai memiliki gerakan dan teknik yang bagus dan berbakat yaitu Taekwondoin Kevin Prawira Wijaya, Muhammad Aris Februarista (Febro) dan Gerry Azra Padoelino. Selamat bagi yang mendapatkan piala namun jangan bersikap sombong dan tetap rendah diri bagi para Taekwondoin yang belum mendapatkan piala masih banyak kesempatan di lain waktu, untuk itu bergiatlah untuk berlatih dan jangan cepat berpuas diri tetap semangat dalam berlatih OK....Salam olah raga... !!! Bravo Taekwondo Indonesia.
Minggu, 11 November 2012
Senin, 17 September 2012
Senin, 06 Agustus 2012
PEMBINAAN MENTAL UNTUK ATLET USIA DINI
Keterlibatan atlet usia dini dalam kompetisi olahraga ini tidak dapat terlepas dari keterlibatan orang dewasa sebagai pelatih, pembina maupun sebagai orangtua atlet. Oleh karena itu program pelatihan olahraga usia dini merupakan suatu sistem sosial yang kompleks.
Bagi kebanyakan anak, pengalaman pertamanya dalam aktivitas olahraga ditangani oleh pelatih yang belum berpengalaman atau bahkan seseorang yang profesinya bukan pelatih. Walaupun orang-orang tersebut menguasai teknik olahraga yang dilatihnya, namun jarang sekali dari mereka yang telah mengikuti pelatihan formal dalam menciptakan lingkungan psikososial yang sehat bagi atlet usia dini. Dikhawatirkan, para pelatih ini hanya mengejar kemenangan, dimana hal ini sangat tidak mendidik terutama dalam konteks olahraga rekreasi dan mengasah keterampilan.
Dalam tulisan ini diuraikan beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam membina atlet usia dini, khususnya dari sudut psikologi olahraga dan psikologi kepelatihan, sehingga atlet memiliki bekal mental yang tangguh.
tkdwk.blogspot.com
PENDAHULUAN
Partisipasi anak usia dini di dalam bidang olahraga semakin terlihat, terbukti dengan semakin banyaknya dibuka klub-klub olahraga bagi anak usia Sekolah Dasar. Dalam institusi pendidikan pun semakin diperhatikan sarana dan prasarana kompetisi olahraga, bahkan sampai dengan kompetisi olahraga usia dini tingkat nasional.
Partisipasi anak usia dini di dalam bidang olahraga semakin terlihat, terbukti dengan semakin banyaknya dibuka klub-klub olahraga bagi anak usia Sekolah Dasar. Dalam institusi pendidikan pun semakin diperhatikan sarana dan prasarana kompetisi olahraga, bahkan sampai dengan kompetisi olahraga usia dini tingkat nasional.
Keterlibatan atlet usia dini dalam kompetisi olahraga ini tidak dapat terlepas dari keterlibatan orang dewasa sebagai pelatih, pembina maupun sebagai orangtua atlet. Oleh karena itu program pelatihan olahraga usia dini merupakan suatu sistem sosial yang kompleks.
Bagi kebanyakan anak, pengalaman pertamanya dalam aktivitas olahraga ditangani oleh pelatih yang belum berpengalaman atau bahkan seseorang yang profesinya bukan pelatih. Walaupun orang-orang tersebut menguasai teknik olahraga yang dilatihnya, namun jarang sekali dari mereka yang telah mengikuti pelatihan formal dalam menciptakan lingkungan psikososial yang sehat bagi atlet usia dini. Dikhawatirkan, para pelatih ini hanya mengejar kemenangan, dimana hal ini sangat tidak mendidik terutama dalam konteks olahraga rekreasi dan mengasah keterampilan.
Dalam tulisan ini diuraikan beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam membina atlet usia dini, khususnya dari sudut psikologi olahraga dan psikologi kepelatihan, sehingga atlet memiliki bekal mental yang tangguh.
ASPEK
PSIKOLOGIS YANG BERPERAN PADA ATLET USIA DINI
Seorang anak selalu mencari pengakuan dari orang dewasa akan kemampuan dirinya. Dalam melakukan aktivitas olahraga, pujian yang diberikan terhadap penampilan anak dapat mengembangkan aspek psikologisnya, seperti perasaan percaya diri, kegembiraan, harga diri, pengalaman merasakan mencapai tujuan, dan pengakuan dari teman sebaya.
Sebaliknya, jika anak mendapatkan pengalaman yang negatif dalam berolahraga, maka aspek psikologisnya pun dapat berkembang secara negatif. Disini penilaian diri negatif, frustrasi, agresi dan aspek negatif lain dapat terlihat dengan jelas.
Setelah anak berusia 5 tahun, mereka mulai dapat dikenalkan dengan jenis olahraga permainan yang lebih kompleks, yang melibatkan kerjasama dan kompetisi. Namun perlu diperhatikan disini, kompetisi dimaksud haruslah tetap berada dalam konteks bermain. Untuk mulai menerapkan olahraga yang memiliki aturan formal, sebaiknya tunggu sampai anak berusia 8 atau 9 tahun.
Dalam olahraga kompetitif, pemain bukan hanya berusaha mencapai targetnya, tapi juga berusaha mencegah lawan mencapai target mereka. Hal ini melibatkan konflik langsung yang seringkali diikuti dengan agresivitas dalam usahanya mencegah lawan mencapai sukses.
Dalam prosesnya, jenis olahraga yang penontonnya dapat berteriak bebas, terutama pada olahraga beregu, bisa berdampak negatif terhadap perkembangan psikososial anak, terutama jika pelatih dan orangtua tidak dapat mengendalikan emosi pada saat pertandingan berlangsung. Hal ini biasanya terjadi karena terlalu menekankan untuk mencapai kemenangan. Oleh karena itu, orang dewasa yang terlibat dalam kompetisi olahraga atlet usia dini juga perlu mendapat pengetahuan dan pendidikan tentang pembinaan olahraga usia dini.
Pemahaman tentang target realistis yang bisa dicapai atlet usia dini perlu ditekankan. Dalam olahraga usia dini, target yang harus dicapai atlet adalah menerapkan sebaik mungkin keterampilan dan kemampuan yang sudah dilatih ke dalam pertandingan. Adalah besarnya usaha dan peningkatan pribadi yang seharusnya dihargai dan menjadi target bagi setiap atlet, bukannya semata-mata mencapai kemenangan dalam pertandingan.
Tujuan pelibatan anak dalam aktivitas olahraga, hendaknya mencakup:
Seorang anak selalu mencari pengakuan dari orang dewasa akan kemampuan dirinya. Dalam melakukan aktivitas olahraga, pujian yang diberikan terhadap penampilan anak dapat mengembangkan aspek psikologisnya, seperti perasaan percaya diri, kegembiraan, harga diri, pengalaman merasakan mencapai tujuan, dan pengakuan dari teman sebaya.
Sebaliknya, jika anak mendapatkan pengalaman yang negatif dalam berolahraga, maka aspek psikologisnya pun dapat berkembang secara negatif. Disini penilaian diri negatif, frustrasi, agresi dan aspek negatif lain dapat terlihat dengan jelas.
Setelah anak berusia 5 tahun, mereka mulai dapat dikenalkan dengan jenis olahraga permainan yang lebih kompleks, yang melibatkan kerjasama dan kompetisi. Namun perlu diperhatikan disini, kompetisi dimaksud haruslah tetap berada dalam konteks bermain. Untuk mulai menerapkan olahraga yang memiliki aturan formal, sebaiknya tunggu sampai anak berusia 8 atau 9 tahun.
Dalam olahraga kompetitif, pemain bukan hanya berusaha mencapai targetnya, tapi juga berusaha mencegah lawan mencapai target mereka. Hal ini melibatkan konflik langsung yang seringkali diikuti dengan agresivitas dalam usahanya mencegah lawan mencapai sukses.
Dalam prosesnya, jenis olahraga yang penontonnya dapat berteriak bebas, terutama pada olahraga beregu, bisa berdampak negatif terhadap perkembangan psikososial anak, terutama jika pelatih dan orangtua tidak dapat mengendalikan emosi pada saat pertandingan berlangsung. Hal ini biasanya terjadi karena terlalu menekankan untuk mencapai kemenangan. Oleh karena itu, orang dewasa yang terlibat dalam kompetisi olahraga atlet usia dini juga perlu mendapat pengetahuan dan pendidikan tentang pembinaan olahraga usia dini.
Pemahaman tentang target realistis yang bisa dicapai atlet usia dini perlu ditekankan. Dalam olahraga usia dini, target yang harus dicapai atlet adalah menerapkan sebaik mungkin keterampilan dan kemampuan yang sudah dilatih ke dalam pertandingan. Adalah besarnya usaha dan peningkatan pribadi yang seharusnya dihargai dan menjadi target bagi setiap atlet, bukannya semata-mata mencapai kemenangan dalam pertandingan.
Tujuan pelibatan anak dalam aktivitas olahraga, hendaknya mencakup:
- Memperkenalkan anak terhadap
berbagai pengalaman olahraga,
- Meningkatkan keterampilan fisik,
- Meningkatkan kemampuan
propriosepsi (perabaan selektif) dan atensi (merupakan faktor positif
dalam belajar secara umum),
- Mengembangkan sosialisasi positif,
- Membangun perasaan memiliki
kemampuan,
- Memupuk kepercayaan dan harga
diri.
Untuk mendapatkan efek positif terhadap perkembangan
psikologis dan sosialisasi anak, maka olahraga perlu diprogramkan dan
disupervisi secara baik, dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
- Menciptakan latihan yang aman
meskipun beresiko,
- Memperhatikan pencapaian kepuasan
akan penampilan,
- Membangun perasaan agar bekerja
mencapai target yang ditentukan,
- Menetapkan peran spesifik
individu,
- Menerapkan kepedulian terhadap
peraturan permainan, serupa dengan terhadap peraturan sosial
- Menghargai dan menghormati lawan,
- Mempromosikan latihan olahraga
yang teratur dan berjangka panjang untuk memelihara kesegaran jasmani.
Perlu juga diperlihatkan bukti-bukti kepada anak bahwa
orang yang terlibat dalam olahraga dan belajar dengan baik, memiliki nilai
akademis yang lebih baik dibandingkan dengan mereka yang tidak melakukan
aktivitas olahraga.
PERSIAPAN MENTAL PERTANDINGAN
Pada masa awal dimana orangtua, guru atau pelatih mendapatkan bahwa seorang anak memiliki minat atau bakat olahraga, maka mereka mendukungnya secara positif. Dalam masa ini, yang diperlukan anak adalah kegembiraan dalam melakukan latihan olahraga. Oleh karena itu pelatihnya tidak perlu menekankan pada penguasaan teknik atau peraturan pertandingan. Pujian atau hadiah diberikan kepada usaha yang dilakukan anak, bukan terhadap hasil akhir. Disini perlu ditanamkan perasaan “mencapai sukses” bukan hanya sebagai juara, tetapi juga sebagai partisipan. Oleh karena itu, penting sekali di masa awal ini setiap partisipan dalam suatu kejuaraan bisa mendapatkan penghargaan.
Setelah anak mulai menyenangi bahkan “keranjingan” dengan olahraga yang dilakukannya, maka motivasi dan dedikasinya untuk lebih menguasai keterampilan olahraga tersebut akan lebih meningkat. Disini diperlukan pelatih yang lebih terampil dan memiliki hubungan positif dengan anak, sehingga sang anak bisa lebih mengembangkan keterampilan olahraganya dan semakin merasakan keterikatan dengan olahraganya tersebut.
Pada saat anak mulai tertarik untuk menekuni olahraga secara lebih serius, maka dukungan moral dan pengorbanan finansial dari orangtua untuk memenuhi kebutuhan latihan olahraga sangat diperlukan. Jika kebutuhan ini terpenuhi dan prestasi anak terus meningkat, maka anak akan beralih menjadi atlet. Pada tahap ini sebagian peran orangtua sudah diambil alih oleh pelatih maupun oleh si atlet itu sendiri karena ia sudah menjadi lebih mandiri.
Sebagai atlet cilik, persiapan mental dalam menghadapi pertandingan juga merupakan hal yang perlu diperhatikan. Utamanya atlet perlu dibiasakan berfikir positif, diberi keyakinan bahwa dalam pertandingan nanti dirinya mampu menampilkan keterampilan yang telah dilatihnya. Untuk itu beberapa latihan keterampilan psikologis (psychological skills training) seperti latihan relaksasi, latihan konsentrasi dan latihan imajeri perlu diajarkan. Hal ini diuraikan pada bagian terakhir.
PELATIH SEBAGAI PEMBINA MENTAL ATLET
Dalam pelatihan olahraga bagi atlet usia dini, cara pelatih merancang situasi latihan, cara pelatih menetapkan sasaran, serta sikap dan perilaku pelatih dalam kepelatihannya dapat mempengaruhi partisipasi anak ke dalam olahraga. Pelatih tidak hanya berperan dalam situasi olahraga, namun seringkali juga pelatih memiliki pengaruh terhadap aspek lain dalam kehidupan si anak.
Demikian pentingnya peran pelatih dalam olahraga usia dini, karena itu pelatih sangat berperan sebagai pembina mental atlet usia dini.
Beberapa tips bagi pelatih dalam menangani atlet usia dini:
PERSIAPAN MENTAL PERTANDINGAN
Pada masa awal dimana orangtua, guru atau pelatih mendapatkan bahwa seorang anak memiliki minat atau bakat olahraga, maka mereka mendukungnya secara positif. Dalam masa ini, yang diperlukan anak adalah kegembiraan dalam melakukan latihan olahraga. Oleh karena itu pelatihnya tidak perlu menekankan pada penguasaan teknik atau peraturan pertandingan. Pujian atau hadiah diberikan kepada usaha yang dilakukan anak, bukan terhadap hasil akhir. Disini perlu ditanamkan perasaan “mencapai sukses” bukan hanya sebagai juara, tetapi juga sebagai partisipan. Oleh karena itu, penting sekali di masa awal ini setiap partisipan dalam suatu kejuaraan bisa mendapatkan penghargaan.
Setelah anak mulai menyenangi bahkan “keranjingan” dengan olahraga yang dilakukannya, maka motivasi dan dedikasinya untuk lebih menguasai keterampilan olahraga tersebut akan lebih meningkat. Disini diperlukan pelatih yang lebih terampil dan memiliki hubungan positif dengan anak, sehingga sang anak bisa lebih mengembangkan keterampilan olahraganya dan semakin merasakan keterikatan dengan olahraganya tersebut.
Pada saat anak mulai tertarik untuk menekuni olahraga secara lebih serius, maka dukungan moral dan pengorbanan finansial dari orangtua untuk memenuhi kebutuhan latihan olahraga sangat diperlukan. Jika kebutuhan ini terpenuhi dan prestasi anak terus meningkat, maka anak akan beralih menjadi atlet. Pada tahap ini sebagian peran orangtua sudah diambil alih oleh pelatih maupun oleh si atlet itu sendiri karena ia sudah menjadi lebih mandiri.
Sebagai atlet cilik, persiapan mental dalam menghadapi pertandingan juga merupakan hal yang perlu diperhatikan. Utamanya atlet perlu dibiasakan berfikir positif, diberi keyakinan bahwa dalam pertandingan nanti dirinya mampu menampilkan keterampilan yang telah dilatihnya. Untuk itu beberapa latihan keterampilan psikologis (psychological skills training) seperti latihan relaksasi, latihan konsentrasi dan latihan imajeri perlu diajarkan. Hal ini diuraikan pada bagian terakhir.
PELATIH SEBAGAI PEMBINA MENTAL ATLET
Dalam pelatihan olahraga bagi atlet usia dini, cara pelatih merancang situasi latihan, cara pelatih menetapkan sasaran, serta sikap dan perilaku pelatih dalam kepelatihannya dapat mempengaruhi partisipasi anak ke dalam olahraga. Pelatih tidak hanya berperan dalam situasi olahraga, namun seringkali juga pelatih memiliki pengaruh terhadap aspek lain dalam kehidupan si anak.
Demikian pentingnya peran pelatih dalam olahraga usia dini, karena itu pelatih sangat berperan sebagai pembina mental atlet usia dini.
Beberapa tips bagi pelatih dalam menangani atlet usia dini:
- Perlakukan setiap anak sama dengan
anak lainnya. Berikan kesempatan yang sama kepada setiap anak dalam
melakukan suatu aktivitas.
- Ciptakan suasana yang
menggembirakan dalam berlatih maupun bertanding, sehingga minat dan
motivasinya terhadap olahraga semakin meningkat.
- Bersabarlah; pada mulanya anak
mungkin takut atau koordinasi motoriknya kurang, namun dengan pengarahan
yang benar dan latihan yang berulang maka anak akan belajar.
- Usahakan setiap anak dapat
melakukan gerakan olahraga dengan benar, karena hal ini penting bagi
perkembangan keterampilan dan rasa kebanggaannya.
- Gunakan bahasa sederhana, jelas
dan dapat dimengerti oleh anak.
- Kurangi rasa takut yang mungkin
dimiliki anak dengan cara mengantisipasi dan mengurangi kecemasannya.
Humor biasanya efektif.
- Jelaskan dan tunjukkan gerakan
keterampilan olahraga yang benar secara cermat, sehingga anak mengerti apa
yang harus mereka lakukan.
- Jelaskan gerakan keterampilan baru
sedikit demi sedikit, sehingga anak dapat melihat urutan gerak yang benar.
- Ingatlah bahwa jika anak melakukan
kesalahan, itu adalah hal yang wajar; dan itu berarti mereka sedang mencoba.
- Biarkan anak mengajukan
pertanyaan; hal ini menunjukkan bahwa anak itu berpikir.
- Tunjukkan penghargaan terhadap
anak; perlakukan mereka sedemikian rupa sehingga terkesan bahwa baik
pelatih maupun yang dilatih itu sama-sama belajar.
- Bersikaplah positif dan yakinkan
setiap pemain memiliki peran dalam tim, sehingga setiap anak merasa
penting dan spesial.
- Rangsang anak agar mereka memiliki
tokoh model; kenalkan mereka kepada tokoh-tokoh olahraga yang patut
diteladani dan rangsang mereka agar memiliki minat untuk menyaksikan acara
olahraga maupun menyimak berita olahraga.
Selain perlu mengetahui beberapa tips menangani atlet
usia dini, pelatih pun perlu menghindari beberapa hal berikut ini:
- Hindari berteriak keras, berkata
kasar atau membentak anak yang dilatih.
- Janganlah menonjolkan hal buruk
seorang anak atau mengungkit-ungkit kesalahan yang pernah dibuatnya;
apalagi dilakukan di depan anak-anak lain.
- Hindari menghukum anak atas
kesalahan gerak yang dibuatnya. Hukuman dalam hal ini akan membuat anak
menarik diri atau menyerah. Jika anak membuat kesalahan gerakan, koreksi
kesalahan tersebut dan demonstrasikan gerakan yang benar.
- Tidak perlu mengharapkan anak
belajar dengan cepat. Kemampuan anak akan meningkat melalui latihan yang
teratur.
- Jangan mengharapkan anak bermain
seperti seorang profesional. Biarkan mereka menikmati dunia anak-anaknya
sebagai bocah; mereka akan mahir secara bertahap.
- Hindari memperolok atau
mempermainkan anak. Hal ini pada anak akan berdampak terhadap penghukuman
diri sendiri.
- Tidak perlu membandingkan seorang
anak dengan anak lainnya, apalagi dengan ‘jagoan’ di dalam tim.
- Janganlah mengabaikan anak kandung
yang juga dilatih (walaupun dengan tujuan menghilangkan prasangka pilih
kasih). Ingatlah, setiap anak dalam tim selalu menginginkan perhatian
khusus dari pelatihnya.
- Janganlah mengkritik atau mencaci
pelatih lain ataupun wasit, di hadapan anak didik. Hal ini akan
membingungkan anak dan menghambat sportivitasnya.
- Hindari membuat latihan olahraga
semata-mata sebagai kerja keras tanpa kegembiraan. Jika anak gembira dalam
latihan, maka kemungkinannya ia bertahan dalam tim dan dalam olahraga
tersebut akan lebih besar.
LATIHAN VISUALISASI UNTUK ANAK
Visualisasi atau imajeri dalam istilah psikologi olahraga merupakan suatu teknik membayangkan sesuatu di dalam pikiran yang dilakukan secara sadar dengan tujuan untuk mencapai target, mengatasi masalah, meningkatkan kewaspadaan diri, mengembangkan kreativitas dan sebagai simulasi gerakan atau kejadian. Bagi seorang anak, aktivitas visualisasi sangat mudah mereka lakukan karena dalam kehidupan bermain anak sehari-hari, mereka seringkali melakukannya sebagai khayalan.
Sebelum melakukan latihan visualisasi, anak bisa diajak untuk melakukan relaksasi terlebih dahulu, dimana anak diminta berbaring dengan mata tertutup lalu mereka diminta menarik nafas panjang dan membuang nafas secara perlahan-lahan melalui mulut. Gerakan ini bisa juga diikuti dengan gerakan tangan supaya anak tidak lekas bosan.
Setelah beberapa saat, latihan dilanjutkan dengan latihan visualisasi dimana anak diminta membayangkan suatu tempat atau suatu benda yang familiar dengan mereka, misalnya kamar tidur, binatang kesayangan, boneka atau apa saja. Lalu visualisasi dialihkan kedalam konteks olahraga, misalnya anak diminta membayangkan dirinya melakukan gerakan olahraganya. Sangatlah penting mereka membayangkan hal yang positif, gerakan yang benar, dan diakhiri dengan keberhasilan dan kepuasan.
Oleh: Dra. Yuanita Nasution, M. App. Sc., Psi.*
*Penulis adalah psikolog olahraga, juga staf peneliti bidang Psikologi Olahraga dan Kesehatan di Pusat Pengembangan Kualitas Jasmani DEPDIKNAS.
REFERENSI
Day, J. (1994). Creative visualization with children: A practical guide.
Brisbane: Element Books.
Nasution, Y. (2000). Aspek psikologis dalam pemanduan bakat olahraga. Dalam Garuda Emas; Rencana induk pengembangan olahraga
prestasi di Indonesia: Pemanduan dan Pembinaan Bakat Usia Dini (Buku 2). Jakarta: KONI.
Pusat Pengembangan Kualitas Jasmani, Departemen Pendidikan
Nasional. (2005). Panduan Kesehatan Olahraga Bagi Pelatih
Olahraga Usia Dini (naskah siap cetak).
Reigner, G., Salmela, J., & Russell, S.J. (1993). Talent detection and
development in sport. Dalam R.N. Singer, M. Murphey & L.K. Tennant (Eds.): Handbook of research on sport psychology (hal 290-313). New York: Macmillan.
Screiber, L.R. (1990). The parents guide to kids’ sports. Boston: Little
Brown & Company.
Watson, A.S. (1995). Children in sport. Dalam J. Bloomfield, P.A. Fricker,
K.D. Fitch (Eds.): Science and medicine in sports (hal 495-527).
Victoria, Aus: Blackwell Science.
Visualisasi atau imajeri dalam istilah psikologi olahraga merupakan suatu teknik membayangkan sesuatu di dalam pikiran yang dilakukan secara sadar dengan tujuan untuk mencapai target, mengatasi masalah, meningkatkan kewaspadaan diri, mengembangkan kreativitas dan sebagai simulasi gerakan atau kejadian. Bagi seorang anak, aktivitas visualisasi sangat mudah mereka lakukan karena dalam kehidupan bermain anak sehari-hari, mereka seringkali melakukannya sebagai khayalan.
Sebelum melakukan latihan visualisasi, anak bisa diajak untuk melakukan relaksasi terlebih dahulu, dimana anak diminta berbaring dengan mata tertutup lalu mereka diminta menarik nafas panjang dan membuang nafas secara perlahan-lahan melalui mulut. Gerakan ini bisa juga diikuti dengan gerakan tangan supaya anak tidak lekas bosan.
Setelah beberapa saat, latihan dilanjutkan dengan latihan visualisasi dimana anak diminta membayangkan suatu tempat atau suatu benda yang familiar dengan mereka, misalnya kamar tidur, binatang kesayangan, boneka atau apa saja. Lalu visualisasi dialihkan kedalam konteks olahraga, misalnya anak diminta membayangkan dirinya melakukan gerakan olahraganya. Sangatlah penting mereka membayangkan hal yang positif, gerakan yang benar, dan diakhiri dengan keberhasilan dan kepuasan.
Oleh: Dra. Yuanita Nasution, M. App. Sc., Psi.*
*Penulis adalah psikolog olahraga, juga staf peneliti bidang Psikologi Olahraga dan Kesehatan di Pusat Pengembangan Kualitas Jasmani DEPDIKNAS.
REFERENSI
Day, J. (1994). Creative visualization with children: A practical guide.
Brisbane: Element Books.
Nasution, Y. (2000). Aspek psikologis dalam pemanduan bakat olahraga. Dalam Garuda Emas; Rencana induk pengembangan olahraga
prestasi di Indonesia: Pemanduan dan Pembinaan Bakat Usia Dini (Buku 2). Jakarta: KONI.
Pusat Pengembangan Kualitas Jasmani, Departemen Pendidikan
Nasional. (2005). Panduan Kesehatan Olahraga Bagi Pelatih
Olahraga Usia Dini (naskah siap cetak).
Reigner, G., Salmela, J., & Russell, S.J. (1993). Talent detection and
development in sport. Dalam R.N. Singer, M. Murphey & L.K. Tennant (Eds.): Handbook of research on sport psychology (hal 290-313). New York: Macmillan.
Screiber, L.R. (1990). The parents guide to kids’ sports. Boston: Little
Brown & Company.
Watson, A.S. (1995). Children in sport. Dalam J. Bloomfield, P.A. Fricker,
K.D. Fitch (Eds.): Science and medicine in sports (hal 495-527).
Victoria, Aus: Blackwell Science.
Sabtu, 04 Agustus 2012
Program Latihan Rutin
1. Berdoa.
2. Ucap janji Taekwondo Indonesia
3. Streching
4. latihan:
- Pendahuluan
- Inti
- Variasi
- Permainan
5. Cooling Down
2. Ucap janji Taekwondo Indonesia
3. Streching
4. latihan:
- Pendahuluan
- Inti
- Variasi
- Permainan
5. Cooling Down
Materi Latihan
:
1.
Basic/dasar.
Gerakan basic atau
dasar dalam Taekwondo berupa sikap kuda-kuda dan tangkisan.
a. Kuda-Kuda.
Kuda-kuda adalah bagaimana posisi kaki kita dalam menopang
badan kita. Dalam Taekwondo kuda-kuda berupa kuda-kuda pendek (Up Soogi),
kuda-kuda panjang (Up Kubi), dan kuda-kuda L.
- Kuda-kuda Pendek (Up Soogi)
- Kuda-kuda Pendek (Up Soogi)
Posisi kuda-kuda
pendek adalah layaknya orang yang berjalan biasa. Posisikan kaki normal/selebar
bahu.
- Kuda-kuda Panjang (Up Kubi)
Posisi kaki dalam
kuda-kuda panjang adalah posisi kaki yang depan ditekuk dan kaki belakang lurus.
Jarak kedua kaki kurang lebih satu meter. Salah satu hal yang harus
diperhatikan adalah posisi kedua kaki tidak sejajar, posisikan selebar bahu
dengan tujuan untuk menjaga keseimbangan.
- Kuda-kuda L
- Kuda-kuda L
Posisi kaki seperti
huruf L dengan membentuk sudut 90 derajat. Posisi kuda-kuda L sama seperti
kuda-kuda Up Kubi, tetapi kaki belakang yang di tekuk, sedangkan kaki depan
agak ditekuk sedikit. Beban tertumpu pada titik tengan antar kedua kaki.
NB:
- Posisi badan saat melakukan Up Soogi maupun Up Kubi adalah lurus mengahadap kedepan. Untuk melatih posisi tubuh agar lurus kedepan bisa dilakukan dengan melangkah dan posisi tangan berkacak pinggang. Cara ini dapat dilakukan pada awal latihan dan jika siswa sudah mampu menguasai posisi tubuh, latihan dilanjutkan dengan melangkah maju/mundur tanpa berkacak pinggang.
- Posisi badan untuk kuda-kuda L adalah serong 45 derajat.
- Posisi badan saat melakukan Up Soogi maupun Up Kubi adalah lurus mengahadap kedepan. Untuk melatih posisi tubuh agar lurus kedepan bisa dilakukan dengan melangkah dan posisi tangan berkacak pinggang. Cara ini dapat dilakukan pada awal latihan dan jika siswa sudah mampu menguasai posisi tubuh, latihan dilanjutkan dengan melangkah maju/mundur tanpa berkacak pinggang.
- Posisi badan untuk kuda-kuda L adalah serong 45 derajat.
b. Tangkisan.
Dalam Taekwondo tangkisan digunakan untuk mem-blok serangan lawan. Tangkisan berupa tangkisan bawah (Area), tengah (momtong), dan atas (Eogol). Tangkisan menggunakan tangan yang terdiri dari tangan bagian dalam (Un Palmok), dan tangan bagian luar (Bakat Palmok).
Dalam Taekwondo tangkisan digunakan untuk mem-blok serangan lawan. Tangkisan berupa tangkisan bawah (Area), tengah (momtong), dan atas (Eogol). Tangkisan menggunakan tangan yang terdiri dari tangan bagian dalam (Un Palmok), dan tangan bagian luar (Bakat Palmok).
1) Tangkisan
Bawah.
Bakat Palmok Area Maki atau tangkisan bawah dengan menggunakan tangan bagian luar (bakat palmok). Berfungsi untuk melindungi kaki depan ataupun mem-blok serangan lawan dengan tangan.
Cara pengambilan:
- posisikan kaki sejajar dalam posisi siap (junbi).
- posisi tangan kanan lurus ke bawah, tangkisan diambil dengan menggunakan tangan kiri dari atas (kira-kira setinggi bahu) dengan posisi kepalan menghadap ke wajah.
- tarik tangan kiri ke bawah sepanjang tangan kanan diikuti dengan majunya kaki kiri dengan sikap kuda-kuda up kobi.
Bakat Palmok Area Maki atau tangkisan bawah dengan menggunakan tangan bagian luar (bakat palmok). Berfungsi untuk melindungi kaki depan ataupun mem-blok serangan lawan dengan tangan.
Cara pengambilan:
- posisikan kaki sejajar dalam posisi siap (junbi).
- posisi tangan kanan lurus ke bawah, tangkisan diambil dengan menggunakan tangan kiri dari atas (kira-kira setinggi bahu) dengan posisi kepalan menghadap ke wajah.
- tarik tangan kiri ke bawah sepanjang tangan kanan diikuti dengan majunya kaki kiri dengan sikap kuda-kuda up kobi.
2) Tangkisan
Tengah.
- Bakat Palmok Momtong An Maki
Tangkisan dari dalam keluar dengan menggunakan tangan bagian luar.
- Bakat Palmok Momtong Bakat Maki
Tangkisan dari luar ke dalam dengan menggunakan tangan bagian luar.
- An Palmok Momtong An Maki
Tangkisan dari dalam dengan menggunakan tangan bagian dalam.
- Bol Jumok Momtong An Maki
Tangkisan dari dalam keluar dengan menggunakan tangan bagian luar.
- Bakat Palmok Momtong Bakat Maki
Tangkisan dari luar ke dalam dengan menggunakan tangan bagian luar.
- An Palmok Momtong An Maki
Tangkisan dari dalam dengan menggunakan tangan bagian dalam.
- Bol Jumok Momtong An Maki
3) Tangkisan Atas (Bakat Palmok Eogol Maki)
- tangkisan diatas kepala berfungsi untuk melindungi jidat dari pukulan ataupun tendangan. Menggunakan tangan bagian luar (bakat palmok)
NB: cara pengambilan diikuti oleh gerak tubuh yang berfungsi sebagai penambah efek hentakan dan tenaga.
- tangkisan diatas kepala berfungsi untuk melindungi jidat dari pukulan ataupun tendangan. Menggunakan tangan bagian luar (bakat palmok)
NB: cara pengambilan diikuti oleh gerak tubuh yang berfungsi sebagai penambah efek hentakan dan tenaga.
2. Tendangan.
Tendangan paling mendasar dalam Taekwondo adalah tendangan depan (Up Chagi) dan tendangan samping (Dolyo Chagi). Kedua tendangan ini kemudian akan dikembangan dengan berbagai variasi.
Tendangan paling mendasar dalam Taekwondo adalah tendangan depan (Up Chagi) dan tendangan samping (Dolyo Chagi). Kedua tendangan ini kemudian akan dikembangan dengan berbagai variasi.
a. Up Chagi
Disebut juga dengan tendangan depan. Cara pengambilannya, dalam posisi up soogi angkat kaki belakang setinggi rata-rata air (kedua kaki tetap rapat) dan lutut ditekuk membentuk sudut 90 derajat kemudian ditendangkan, dilecutkan/snap yang akan memberikan efek kecepatan. Setelah menendang usahakan kaki turun depan untuk pemula. Pengambilan tendangan dari depan, bukan dari samping (kalau diambil dari samping yang terbentuk adalah tendangan sabit dalam pencak silat). Semakin tinggi sasaran tendangan maka kaki depan diangkat semakin tinggi.
b. Dolyo Chagi
Pada dasarnya sama dengan up chagi, haya saja tendangan diarahkan ke samping dan memotong (bukan keatas). Ketika kaki belakang sudah diangkat, putar tubuh 90 derajat, gunakan kaki satunya untuk bertumpu dan digunakan sebagai poros perputaran kemudian tendangkan. Pergerakan pinggang sangat mempengaruhi sasaran tendangan. Gunakan snap untuk menimbulkan efek kecepatan. Latihan ini juga bisa dilakukan dengan menempel pada tembok untuk membenarkan arah tendangan.
Disebut juga dengan tendangan depan. Cara pengambilannya, dalam posisi up soogi angkat kaki belakang setinggi rata-rata air (kedua kaki tetap rapat) dan lutut ditekuk membentuk sudut 90 derajat kemudian ditendangkan, dilecutkan/snap yang akan memberikan efek kecepatan. Setelah menendang usahakan kaki turun depan untuk pemula. Pengambilan tendangan dari depan, bukan dari samping (kalau diambil dari samping yang terbentuk adalah tendangan sabit dalam pencak silat). Semakin tinggi sasaran tendangan maka kaki depan diangkat semakin tinggi.
b. Dolyo Chagi
Pada dasarnya sama dengan up chagi, haya saja tendangan diarahkan ke samping dan memotong (bukan keatas). Ketika kaki belakang sudah diangkat, putar tubuh 90 derajat, gunakan kaki satunya untuk bertumpu dan digunakan sebagai poros perputaran kemudian tendangkan. Pergerakan pinggang sangat mempengaruhi sasaran tendangan. Gunakan snap untuk menimbulkan efek kecepatan. Latihan ini juga bisa dilakukan dengan menempel pada tembok untuk membenarkan arah tendangan.
NB:
efek snap sangat dibutuhkan dalam setiap tendangan, karena akan menambah
kecepatan dan sangat menentukan tendangan berikutnya. Snap bisa dilatih dengan
sering melipat-lipat lutut. Posisikan tubuh dalam posisi duduk sinden kemudian
angkat pantat naik turun atau dengan posisi berbaring. Angkat kedua kai dan
kemudian lakukan tendangan dengan kedua kaki secara bergantian.
Variasi Tendangan
- Iddan
- Nare chagi
- Nario
- Mal badak
- Pekta chagi
- Dolkey
- Yap chagi
- Tio
- Dwirigi
- Dwichagi
Variasi Tendangan
- Iddan
- Nare chagi
- Nario
- Mal badak
- Pekta chagi
- Dolkey
- Yap chagi
- Tio
- Dwirigi
- Dwichagi
Program latihan berpasangan
1. Aksi Reaksi
- Berpasangan. Satu orang memegang dua target dan
berikan target dengan pancingan. Lakukan sebanyak 3 set dengan 5 repetisi.
Variasi tendangan berupa dolyovhagi, cangkul, dan narai cagi dengan berbagai
bentuk variasi (iddan, mat badak, pekta chagi, dll). Lakukan secara bergantian.
- Tiga Orang. Satu orang berada di tengah dan 2 orang lainnya di depan dan belakang dengan memegang dua target. Lakukan tendangan dolyo kanan kiri sebanyak 10 set dengan bergantian (semakin cepat semakin baik).
2. Stamina
Latihan stamina akan sangat berguna saat kita bertanding. Daya tahan berupa kekuatan fisik dan kekuatan nafas. Daya tahan fisik maupun pernapasan meruakan hal yang tidak dapat dipisahkan.
Latihan stamina:
- Tiga Orang. Satu orang berada di tengah dan 2 orang lainnya di depan dan belakang dengan memegang dua target. Lakukan tendangan dolyo kanan kiri sebanyak 10 set dengan bergantian (semakin cepat semakin baik).
2. Stamina
Latihan stamina akan sangat berguna saat kita bertanding. Daya tahan berupa kekuatan fisik dan kekuatan nafas. Daya tahan fisik maupun pernapasan meruakan hal yang tidak dapat dipisahkan.
Latihan stamina:
a. loncat
gawang
peralatan:
1. Paralon yang dibuat seperti gawang dengan ketinggian 30 cm. paralon bias diganti dengan menggunakan tas
2. stopwatch
pelaksanaan:
1. lompatan dengan kedua kaki.
2. lompatan dengan satu kaki
3. lompatan dengan kaki membentuk lambing nazi
b. loncat balok
peralatan:
1. Paralon yang dibuat seperti gawang dengan ketinggian 30 cm. paralon bias diganti dengan menggunakan tas
2. stopwatch
pelaksanaan:
1. lompatan dengan kedua kaki.
2. lompatan dengan satu kaki
3. lompatan dengan kaki membentuk lambing nazi
b. loncat balok
peralatan:
1. bangku panjang dengan ketinggian 30 cm.
2. stopwatch
pelaksanaan:
1. lompatan dengan kedua kaki
2. lompatan dengan satu kaki
3. lompatan dengan kedua kaki kemudian lompat sekali lagi diatas balok
c. lompat kijang
d. Lari
1. bangku panjang dengan ketinggian 30 cm.
2. stopwatch
pelaksanaan:
1. lompatan dengan kedua kaki
2. lompatan dengan satu kaki
3. lompatan dengan kedua kaki kemudian lompat sekali lagi diatas balok
c. lompat kijang
d. Lari
Diawali
dengan jalan kemudian jogging dan lari sprint.
Jalan sprint
joging
3. Fight
(perkelahian)
-
Gunakan tekhnik yang benar-benar kita kuasai.
-
Pengaturan jarak.
-
Pengaturan dan efektifitas serangan.
-
Ritme gerakan
(jump) dan pancingan
-
Konsentrasi pada sasaran
Latihan Kombinasi :
1.
iddan dolyo chago, mundur nare chago, dolyochagi (hijau keatas)
2. step satu dolyochagi (aba2 dan reaksi)
3. step mundur dilyo chagi (aba2 dan reaksi)
4. dolyo chago, dwi chagi
5. step mundur dolyo chago, dwi chagi
6. step mundur dolyo chago, nare chago, dwi chagi
2. step satu dolyochagi (aba2 dan reaksi)
3. step mundur dilyo chagi (aba2 dan reaksi)
4. dolyo chago, dwi chagi
5. step mundur dolyo chago, dwi chagi
6. step mundur dolyo chago, nare chago, dwi chagi
Di
sini diuraikan beberapa program latihan fisik untuk para atlet taekwondo :
1. Pola
makan
Pola makan menentukan kebugaran para atlet. Jam makan harus tepat. Makan malam tidak boleh lebih dari jam 7 malam, karena akan menjadi lemak. Atlet boleh makan hingga 5 kali dalam sehari, toh semua kalori terbakar dengan menjalani olahraga teratur. Jangan lupa untuk mengkonsumsi vitamin c, karena vitamin ini tidak diproduksi oleh tubuh.
Pola makan menentukan kebugaran para atlet. Jam makan harus tepat. Makan malam tidak boleh lebih dari jam 7 malam, karena akan menjadi lemak. Atlet boleh makan hingga 5 kali dalam sehari, toh semua kalori terbakar dengan menjalani olahraga teratur. Jangan lupa untuk mengkonsumsi vitamin c, karena vitamin ini tidak diproduksi oleh tubuh.
2. Kelincahan
Latihan ini sebaiknya dilakukan secara teratur. Waktunya 6 kali dalam seminggu. Program latihannya dengan melakukan skipping dengan variasi gaya lompatan, standarnya seratus kali tanpa putus lalu istirahat sebentar, lalu lanjutkan lagi.
Latihan ini sebaiknya dilakukan secara teratur. Waktunya 6 kali dalam seminggu. Program latihannya dengan melakukan skipping dengan variasi gaya lompatan, standarnya seratus kali tanpa putus lalu istirahat sebentar, lalu lanjutkan lagi.
3. Kecepatan
Gerak dilatih dengan sprint 100 meter, jangan lupa dihitung time nya. Usahakan ada peningkatan waktu tempuh. Bila hari ini mampu 17 detik, hari berikutnya harus mampu 16 detik, dan seterusnya. Latihan ini akan menunjang speed kamu dalam menendang dan reflek kamu.
Gerak dilatih dengan sprint 100 meter, jangan lupa dihitung time nya. Usahakan ada peningkatan waktu tempuh. Bila hari ini mampu 17 detik, hari berikutnya harus mampu 16 detik, dan seterusnya. Latihan ini akan menunjang speed kamu dalam menendang dan reflek kamu.
4. Daya
tahan otot
Tujuan utama dalam berlatih adalah melatih daya tahan otot, bukan membesarkan otot. Bagi atlet dibawah 17 tahun dilakukan dengan push up, standarnya adalah 25 kali. Lalu istirahat 1 menit, kemudian dilanjutkan 25 kali lagi dan seterusnya. Intinya bukan berapa banyak push up yang kita hasilkan dalam satu hari, tetapi seberapa lama kita istirahat saat melakukan push up yang pertama ke push up yang kedua, ketiga, dst. Percuma kita push up sampai 1000 kali, tapi metodenya dicicil pagi siang, malam. Lebih baik Cuma seratus kali tapi dilakukan dengan 4 kali istirahat dalam waktu 1 menit.
Sit up dan back up pun sama dengan uraian di atas.
Tujuan utama dalam berlatih adalah melatih daya tahan otot, bukan membesarkan otot. Bagi atlet dibawah 17 tahun dilakukan dengan push up, standarnya adalah 25 kali. Lalu istirahat 1 menit, kemudian dilanjutkan 25 kali lagi dan seterusnya. Intinya bukan berapa banyak push up yang kita hasilkan dalam satu hari, tetapi seberapa lama kita istirahat saat melakukan push up yang pertama ke push up yang kedua, ketiga, dst. Percuma kita push up sampai 1000 kali, tapi metodenya dicicil pagi siang, malam. Lebih baik Cuma seratus kali tapi dilakukan dengan 4 kali istirahat dalam waktu 1 menit.
Sit up dan back up pun sama dengan uraian di atas.
Semoga
berguna …
Jumat, 03 Agustus 2012
Poomse Tae Geuk
Poomse merupakan intisari gerakan dasar Tae Kwon Do. Poomse terdiri atas 2 kata yaitu Poom dan Se yang berarti rangkain bentuk gerakan. Poomse merupakan pelajaran pokok dalam Tae Kwon Do yang dibagi menjadi dua yaitu :
1. Poomse yang belum mencapai tingkatan sabuk hitam yaitu :
Tae Geuk 1 sampai dengan Tae Guk 8.
2. Poomse untuk tingkatan sabuk hitam yaitu :
Kor Yo (Dan 1), Keum Gang (Dan 2), Tae Back (Dan 3), Pyon Won (Dan 4), Ship Jin (Dan 4, Dan 5), Ji Tae (Dan 5, Dan 6), Chun Kwon (Dan 6), Han Soo (Dan 7), IL Yeo (Dan 8).
Dalam mempelajari Tae Geuk harus mengikuti dan mengetahui diagram dan arah gerakannya yang berasal dari simbol-simbol filosofi timur yang disebut Pal Gwe (diagram segi delapan / Pat Kwa / Octagon).
Poomse Tae Geuk adalah poomse dasar dalam Tae Kwon Do. Tae berarti keagungan dan Geuk berarti keabadian, dengan demikian dapat disimpulkan tae geuk tidak berbentuk, tanpa permulaan dan akhir, segala sesuatu berawal dari keagungan dan keabadian. Tae Geuk mengikuti hokum alam ang disebut dengan Teori Ying Yang (Im yang) atau di Korea dikenal dengan nama Um Yang.
Arti pada setiap tingakatan Tae Geuk Poomse adalah sebagai berikut:
Tae Geuk 1 :
Serangkaian aksi yang menerapkan prinsip Keon dari Pal Gwe. Melambangkan sesuatu yang besar dan maha agung yang menjadi asal dari segala sesuatu. Keon merupakan permulaan segala sesuatu yang ada di bumi dan menjadi sumber penciptaan serta kekuatan yang berasal dari langit. Langit pula yang memberikan cahaya matahari dan hujan yang membuat segala sesuatu tetap tumbuh dan hidup. Tae Geuk 1 bersifat sederhana namun dilakukan dengan penuh kekuatan dan menampakkan keperkasaan sesuai wataknya.
Tae Geuk 2 :
Serangkaian aksi yang menerapkan prinsip Tae dari Pal Gwe. Melambangkan keteguhan hati dan kelemahlembutan. Dalam Tae batin seseorang tetap teguh namun gayanya tampak lemah lembut mengatasi keadaan dengan senyuman dan kebajikan. Tae Geuk 2 ini harus dilakukan dengan lemah lembut namun penuh kekuatan.
Tae Geuk 3 :
Serangkaian aksi yang menerapkan prinsip Ri dari Pal Gwe. Melambangkan matahari dan api yang memberikan cahaya, kehangatan dan harapan. Tae Geuk 3 harus dilakukan dengan penuh semangat dan daya yang variatif.
Tae Geuk 4 :
Serangkaian aksi yang menerapkan prinsip Jin dari Pal Gwe. Melambangkan guntur dan kilat yang menimbulkan panic dan ketakutan namun langit yang biru dan sinar matahari yang cerah akan muncul kembali. Prinsip ini menyarankan pada kita bahwa dalam menghadapi bahaya dan ketakutan seharusnya kita bersikap tenang dan berani, karena kita yakin bahwa setelah bahaya lewat akan ada masa yang cerah. Tae Geuk 4 ada beberapa gerakan yang sulit dan memerlukan ketenangan serta keseimbangan yang baik saat melaksanakannya.
Tae Geuk 5 :
Serangkaian aksi yang menerapkan prinsip Seon dari Pal Gwe. Melambangkan angina yang pembawaan aslinya halus dan menghembus sepoi-sepoi namun dapat menjadi dasyat seperti badai. Melambangakn sifat kerendahan dan kebaikan hati yang harus dilakukan terus menerus seperti angina yang selalu berhembus. Tae Geuk ini terlihat gerakan yang berulang-ulang, monoton namun sesekali menyentak dengan kuat.
Tae Geuk 6 :
serangkaian aksi yang menerapkan prinsip Gam dari Pal Gwe. Melambangkan air yang merupakan elemen paling fleksibel, bentuknya berubah-ubah namun tidak berubah pada hakekatnya. Yang memberikan pengertian bahwa berbagai kesulitan dan penderitaan yang kita alami dapat diatasi jika kita tetap maju dan berbekal rasa percaya diri yang kuat.
serangkaian aksi yang menerapkan prinsip Gam dari Pal Gwe. Melambangkan air yang merupakan elemen paling fleksibel, bentuknya berubah-ubah namun tidak berubah pada hakekatnya. Yang memberikan pengertian bahwa berbagai kesulitan dan penderitaan yang kita alami dapat diatasi jika kita tetap maju dan berbekal rasa percaya diri yang kuat.
Tae Geuk 7 :
Serangkaian aksi yang menerapkan prinsip Gan dari Pal Gwe. Melambangkan gunung yang menjadi symbol kestabilan karena dianggap tidak pernah bergerak dan puncaknya mengingatkan kita untuk tahu kapan kita harus bertindak dan kapan saatnya berhenti. Mengajarkan agar kita bertindak tidak gegabah. Tae Geuk 7 ini dilakukan dengan penuh ketenangan, namun tetap terlihat kokoh dan mantap.
Tae Geuk 8 :
Serangkaian aksi yang menerapkan prinsip Gon dari Pal Gwe. Melambangkan bumi yang kokoh, kuat dan bertenaga. Bumi merupakan sumber kehidupan dimana segala mahluk hidup dan tumbuh. Bumi dianggap sebagai ciptaan kekuatan dari langit. Tae Geuk 8 merupakan tae geuk terakhir, yang diharapkan dapat memperbaiki dan memperkokoh dasar kita sebelum mencapai tingkatan Dan.
PROGRAM
MATERI LATIHAN TAEKWONDO
UNTUK GEUP
X s/d I
Geup X (Sepuluh) / Sabuk Putih
1.Pengenalan tata tertib Taekwondo sebelum mengajarkan materi dasar latihan
Taekwondo:
a. Sikap Dasar
b. Sikap Berdoa
c. Sikap Hormat
d. Cara Berpakaian / Menggunakan
Sabuk
2.Dasar Kuda-kuda (Seogi)
a. Ap Seogi
b. Ap Kubi
c. Dwit Kubi
d. Juchum Seogi
3.Pukulan Dasar (Jireugi)a.Momtong Jireugi
b. Eolgul Jireugi
c. Arae Jireugi
4.Tangkisan Dasar (Makki)
a. Momtong An Makki
b. Eolgul Makki
c. Arae Makki
d. Bakkat Makki
5.Tendangan Dasar (Chagi)
a. Momtong Ap Chagi
b. Momtong Dollyo chagi
c. Momtong Yop Chagi
d. Deol Chigi (Bal Chagi / Naeryo
Chagi)
6.Step 1-3
7.Rangkaian Gerakan Dasar (Basic 1 – 3
Geup IX (Sembilan) / Sabuk Kuning
1. Pemantapan MateriGerakan-gerakan Dasar ditambah Materi
Lain dan Kombinasi Gerakan.
2. Pemantapan Kuda-kuda
3. Materi Pukulan (Jireugi) dan Tangkisan (Makki)
a. Dobion Momtong Jireugi
b. Arae Hecheo Makki
c. Sambion Makki
4. Kombinasi Tangkisan & Pukulan
a. Arae Makki – Momtong Jireugi
b. Momtong An
Makki – Momtong Jireugi
c. Eolgul
Makki – Momtong Jireugi
d. Bakkat Makki –
Momtong Jireugi
5. Materi
Tendangan Lanjutan
a. Yop Chagi
b. Dwi Chagi
6. Kombinasi Tendangan dan Pukulan / Tangkisan
a. Momtong Ap
Chagi – Momtong Jireugi
b. Momtong Ap
Chagi – Arae Makki
c. Momtong Ap
Chagi – Eolgul Jireugi
d. Momtong Ap
Chagi – Eolgul Makki
7. Kombinasi Tendangan
a. Momtong Ap
Chagi – Eolgul Ap Chagi
b. Momtong
Dollyo Chagi – Eolgul Dollyo Chagi
c. Momtong Ap
Chagi – Momtong Dollyo Chagi
d. Momtong
Dollyo Chagi – Ap Chagi
e. Momtong
Dollyo – Dollyo Chagi
f. Deol Chigi
– Deol Chigi
8. Latihan Hugo / Target (Kyorugi)
a.
Attack: Momtong Dollyo ChagiCounter: One Back Step
(mundur) – Dollyo Chagi
b.
Attack: Momtong Dollyo ChagiCounter: Change Step – Dollyo Chagi
c.
Attack: Change StepCounter: Dollyo Chagi
9. Rangkaian Gerakan Dasar (Basic 3-4)
10. Poomse TaeGeuk 1 (Il-Jang)
11.Step
2-4
Geup VIII (Delapan) / Sabuk Kuning
Strip Hijau
1. Pemantapan Materi
Kuning Ditambah Materi Lanjutan / Tambahan
2. Pukulan (Jireugi), Tangkisan (Makki) & Tusukan (Chireugi)
a. Ageum Son Keut
Sewo Jireugi
b. Pyon Son Keut Sewo
Chireugi
c. Batang Son
3. Tendangan
(Chagi)
a. Idan Dollyo Chagi
b. An Ap Hurigi
c. Bakat Ap Hurigi
4. Kombinasi Tendangan (Chagi), Pukulan (Jireugi) & Tangkisan (Maki)
a. Arae Makki –
Dobion Momtong Jireugi
b. Momtong Ap Chagi –
Dobion Momtong Jireugi
c. Momtong Ap
Chagi – Momtong An Makki
d. Momtong Ap
Chagi – Eolgul Bakat Makki
5. Kombinasi Tendangan
a. Momtong Ap
Chagi – Eolgul Ap Chagi
b. Momtong Dollyo
Chagi – Eolgul Dollyo Chagi
c. Momtong Ap
Chagi – Eolgul Dollyo Chagi
d. Step 1 –
Dollyo Chagi
e. Step 2
– Dollyo Chagi
f. Momtong
Dollyo Chagi – Momtong Yop Chagi
6. Step 3 – 5
7. LatihanHugo/ Target (Kyorugi)
a. Attack: Idan Dollyo Chagi ChagiCounter: One Back
Step (mundur) – Dollyo Chagi
b.Attack: One Forward Step (maju)Counter: One Back
Step (mundur) – Dollyo Chagi
8. Basic 4 – 5
9. Poomse Taegeuk 2 (Ye Jang)
Geup VII
(Tujuh) / Sabuk Hijau
1.Materi Pukulan (Jireugi), Tangkisan (Makki) &
Tusukkan (Chireugi)
a.Arae Hecho Makki
b.Kawi Son Keut Chireugi
c.Sonal Momtong An Makki
2.Kombinasi Tendangan (Chagi), Pukulan (Jireugi) &
Tangkisan (Makki)
a.Momtong Ap Chagi – Arae Makki – Momtong
Baro Jireugi
b.Momtong Ap Chagi – Eolgul Makki
– Momtong Baro Jireugi
c.Momtong Ap Chagi – Bakat Makki – Momtong
Baro Jireugi
3.Tendangan (Chagi)
a.An Ap Hurigi
b. Bakat Ap Hurigi
c.Dwi Hurigi
4.Kombinasi Tendangan
a.One Step Dwi Chagi
b. Momtong Dollyo Chagi – Idan Dollyo Chagi
c. Idan Dollyo Chagi – Dollyo Chagi
d. Momtong Dollyo Chagi – Deol Chigi
e.Deol Chigi – Dollyo Chagi
f.Momtong Dollyo Chagi –
Dwi Chagi
5.Step 4 – 6
6.Latihan Hugo / Target (Kyorugi)
a.Attack:Dollyo Chagi Counter: Change Step – Dollyo Chagi
b.Attack:Dollyo Chagi Counter:SlidingBackStep
(mundur)–Madbadad
DollyoChagi
7.Basic 5 – 6
8. Poomse Taegeuk 3 (Sam Jang)
Geup VI (Enam) / Sabuk Hijau Strip Biru
1. Materi
Pukulan (Jireugi), Tangkisan (Makki) & Tusukkan (Chireugi)
a. Sonal Deung Momtong Bakat Makki
b. Sonal Momtong An Makki
c. Sonal Momtong Bakat Makki
2. Kombinasi
Tendangan (Chagi), Pukulan (Jireugi) & Tangkisan (Makki)
a. Momtong Dollyo Chagi – Sonal Deung Momtong Bakat
Makki
b. Momtong Dollyo Chagi –
Momtong Bakat Makki – Momtong Jireugi
c. Momtong Dollyo Chagi – Han Sonal Momtong An Makki
d. Momtong Ap Chagi – Momtong Bakat Makki
e. Momtong Dollyo Chagi – Apem Sonal Mok Chigi
3. Tendangan (Chagi)
a.Idan
Ap Hurigi
b.Yop Hurigi
c.Dwi Hurigi
4. Kombinasi Tendangan
a. Idan Dollyo Chagi – Deol Chigi
b. Deol Chigi – Idan Dollyo Chagi
c. Momtong Dollyo Chagi – Dwi Chagi
d. I dan Dollyo Chagi – Dollyo Chagi
e. Dwi Chagi – Dollyo Chagi
f.One Step – Dwi Hurigi
5.Step 5 – 7
6. Latihan
Hugo / Target (Kyorugi)
a.Attack:Momtong Dollyo Chagi Counter:Dwi Chagi
b.Attack: Deol Chigi Counter: Sliding
Back Step (mundur) – Madbadad Dollyo Chagi
c.Attack : Idan Ap Hurigi
Counter: Ke Samping 45o - Dollyo Chagi
7.Basic 1- 6
8. Poomse Taegeuk 4 (Sah Jang)
Geup V (Lima) / Sabuk Biru
1.Materi Pukulan (Jireugi), Tangkisan
(Makki) & Tusukkan (Chireugi)
a.Han
Sonal Mok Chigi
b.Apem
Sonal Mok Chigi
c.Jebipoom
(Sonal) Mok Chigi
d.Hecho Momtong Bakat Maki
2.Kombinasi Tendangan (Chagi), Pukulan
(Jireugi) & Tangkisan (Makki)
a.Momtong Dollyo Chagi – Momtong Bakat Makki – Pyonson Keut SewoChireugi
b.Momtong
ap Chagi – Eolgul Makki – Ageum Son Keut Sewo Jireugi
c.Momtong Yop
Chagi – Palkoop Eolgul Pyojhok Chigi
3.Tendangan (Chagi)
a.Yop Hurigi
b.Nare Chagi
c.Step 4
– Dollyo Chagi
4.Kombinasi Tendangan
a.One
Step – Yop Hurigi
b.Momtong
Dollyo Chagi – Yop Hurigi
c.One
Step – Nare Chagi
d.Momtong
Dollyo Chagi – Nare Chagi
e.Dollyo
Chagi – Dwi Hurigif.Step 4 – Dollyo Chagi
5.Step 6 – 8
6.Latihan Hugo
/ Target (Kyorugi)
a.Attack:
Momtong Dollyo Chagi Counter: Step 4 – Dollyo Chagi
b.Attack: Momtong Dollyo Chagi
Counter: Sliding Back Step (mundur) –
Nare Chagi
c.Attack : Momtong Dollyo ChagiCounter:
Dwi Hurigi Chagi
7.Basic 1- 6
8.Poomse Taegeug 5 (Oh Jang)
Langganan:
Postingan (Atom)