SELAMAT DATANG DI BLOG DOJANG TAEKWONDO WIJAYA KUSUMA.................WALAUPUN KAMI KECIL TAPI KAMI PUNYA SEMANGAT YANG BESAR UNTUK BERLATIH MENUJU PRESTASI TERBAIK...................SELAMAT DATANG DI BLOG DOJANG TAEKWONDO WIJAYA KUSUMA.................JAYA...JAYA.....SELALU
SELAMAT DATANG
Blog Dojang Taekwondo Wijaya Kusuma yang merupakan Unit latihan Taekwondo di bawah naungan CLub International Taekwondo Academy (ITA) berhaluan World Taekwondo Federation (WTF) Kukkiwon Korea Selatan dan berinduk pada PB TI (Pengurus Besar Taekwondo Indonesia). Dojang TKD Wijaya Kusuma terletak di Perumahan Citra Indah Cluster TNI AL Bukit Wijaya Kusuma Jonggol. Blog ini sengaja kami buat dengan tujuan sebagai media komunikasi & interaktif bagi seluruh pengurus dan anggota Dojang Takewondo Wijaya Kusuma serta komunitas Seni Bela Diri Taekwondo sekaligus sebagai arsip kegiatan Dojang Wijaya Kusuma. Blog ini berisikan tentang rangkuman materi Taekwondo yang diberikan pada saat latihan dan materi yang diadopsi dari berbagai situs web maupun blog yang ada di Internet dengan tujuan sebagai penyeragaman teknik serta turut memajukan dan mengembangkan TAEKWONDO Indonesia. Kami terbuka bagi kritik, saran & masukan yang membangun untuk seluruh komunitas bela diri Taekwondo demi kemajuan di masa yang akan datang. Semoga Blog ini dapat bermanfaat bagi seluruh keluarga besar Taekwondo Indonesia. Bravo Taekwondo

Sabtu, 09 April 2022

MASTER IR. YEFI TRIAJI KABID BIN PRESTASI PBTI MENJADI PENGUJI PADA KEGIATAN UJIAN KENAIKAN TINGKAT (UKT) DI DOJANG TKD WIJAYA KUSUMA SETELAH 2 TAHUN LEBIH FAKUM AKIBAT PANDEMI C-19


 

Sebanyak 42 Taekwondoin Club ITA Dojang Wijaya Kusuma melaksanakan Ujian Kenaikan Tingkat (UKT) setelah selama 2 tahun lebih fakum tidak ada kegiatan latihan maupun Ujian dikarenakan Pandemi Covid 19 yang dilaksanakan pada hari Minggu pagi tanggal 20 Maret 2022 bertempat di lapangan Volley Kluster Bukit Wijaya Kusuma Perumahan Citra Indah City.  Selaku Penguji dalam UKT ini adalah Ketua Club ITA sekaligus sebagai Kepala Bidang Pembinaan Prestasi Pengurus Besar Taekwondo Indonesia (PBTI) Master Ir. Yefi Triaji dan sebagai pendamping Ketua Dojang TKD Wijaya Kusuma Sabaeum Didik Ruspriyanto S.Sos, M.Pd.   Dalam kesempatan ini Master Yefi menyampaikan amanatnya kepada seluruh peserta UKT untuk tetap semangat dalam berlatih dan tetap jaga Prokes karena memang Pandemi belum berakhir 100 %  serta tunjukan prestasi terbaik. Karena membina generasi muda Taekwondo untuk menjadi seorang atlit juara tidaklah mudah butuh perjuangan keras dan semangat yang tinggi pantang menyerah sebagainnmana yang pernah dirasakan oleh Master Yefi ketika remaja yang pernah menjuarai Kejuaraan Olympiade dunia pada Tahun 1992 mewakili Indonesia,  prestasi ini belum mampu di saingi oleh Atlit Taekowndo Indonesia hingga saat ini.

Dari 42 peserta UKT dinyatakan lulus dan yang mendapatkan nilai terbaik yaitu Tingkat Senior Taekwondoin Retnani Diaz, Fathina Najwa, dan Arsha Kirenina, Tingkat Yunior Taekwondoin Lionel Jayden, Vanessa, dan Cinta Azzalea.


                Para Taekwondoin Dojang Wijaya Kusuma yang mendapat nilai terbaik mendapatkan              medali yang disematkan langsung oleh Master Yefi Triaji


Master Yefi Triaji & Sbm Didik berpose bersama


Master Yefi berpose bersama Tim Coach TKD Wijaya Kusuma


Pelaksanaan Ujian









Jumat, 08 April 2022

Pengurus Besar Taekwondo Indonesia (PBTI) Periode 2019 - 2023 Resmi Dilantik

 INFO PBTI

  • HOME  
  • DETAIL
  • susunan pengurus PBTI periode 2019 – 2023 :

    Pembina       :

    1. Letjen TNI (Purn) Marciano Norman
    2. Letjen TNI (Purn) Erwin Sudjono, SH
    3. Letjen Mar (Purn) Suharto

    Staf Khusus :

    1. Marsma TNI Donald Kasenda ST, SIP, MM
    2. Tb Ade Lukman Djayadikusuma

    Ketua Umum :

    Letjen TNI (Purn) H.M. Thamrin Marzuki, S.Sos

    Wakil ketua Umum :

    1. Irjen Pol ( Purn) Syharizal Ahiar, SH, MM
    2. Brigjen TNI (Purn) H. Noor Fadjari, ST
    3. Zulkifli Tanjung, SE
    4. Omar Dannil Hasan, MSs, Eng

    Ketua Harian :  Ir. Musa Anthony Siregar, SH, M.Kn

    Sekretaris Jenderal : Dirc Richard Tulumewu, SE, MM

    Wakil Sekretaris Jenderal : Billy Aprilaya, S.Kom

    Bendahara  : Ir. Hani Dian Indrati,

    Wakil Bendahara : Steffi Harum Natalisa, SE, S. Kom

    Ketua I Bidang Organisasi : Brigjen TNI (Purn) Untung Waluyo, SE

    Komisi Hubungan Dalam/ Luar Negeri dan Antar Lembaga :

    1. Fernando Sinisuka, SH
    2. Rahmi Kurnia, SE

    Ketua II Bidang Pembinaan Prestasi : Ir. Yefi Triaji

    Komisi Pertandingan : Charles L. Gaol, SE

    Komisi Perwasitan :

    1. Hand Prihatindra
    2. Irwan Nugraha Kurnia, SE

    Ketua III Bidang Kepelatihan, Pendidikan dan Pengembangan :

    Ir. Tb. Indra Mulia Arie Zuhri

    Komisi Pelatihan : Dra. Ina Febriana Sari Hard Putri

    Komisi UKT  : Acen Tanuwijaya

    Komisi Iptek dan Sport Science :

    1. Kolonel CKM Dr. Bagus Sulistyo, Sp.Kj.M.Kes
    2. Mayor CKM dr. Maulidi, Sp. FR

    Ketua IV Bidang Pembinaan Hukum : Rendy Aloysius Kailimang, SH, MH

    Anggota :

    1. Remi Ramadhan, SH, MH
    2. Kabed Sinambela, SH

    Ketua V Bidang Perencanaan, Dana dan Usaha : Fianto

    Anggota :

    1. Sam Martino Soerjonegoro
    2. David Suryabara

    Ketua Vi Bidang Humas : Kolonel Inf. Ruminta

    Anggota :

    1. Kapten Inf. Abdus Suhud
    2. Andi Trinanda, SE MM

    Pro Kontra Aturan Penilaian Gerakan Poomsae

     

    ADE

    Hampir di seluruh dojang, para pelatih saat ini juga tengah fokus meningkatkan kemampuan gerakan poomsae sebagai mata ”pelajaran wajib” untuk dikuasai para siswa/ taekwondoin.

    Terkait dengan perkembangan taekwondo poomsae itu, Pro kontra mengenai aturan dan nilai gerakan poomsae juga kerap diperdebatkan oleh para praktisi taekwondo. Beberapa praktisi mengemukakan bahwa, hal tersebut terjadi karena gerakan poomsae banyak mengalami perubahan. Sementara para praktisi lainnya menyatakan bahwa sejak dulu sebenarnya gerakan poomsae tidak pernah berubah. Yang terjadi adalah gerakan poomsae terus mengalami dinamika dari unsur keindahanannya.

    Disatu sisi, walaupun referensi mengenai aturan penilaian gerakan tersebut mengacu kepada standarisasi yang telah ditetapkan oleh World Taekwondo Federation (WTF), namun pada kenyataannya para praktisi taekwondo cenderung menilai bahwa selama ini penilaian teknis gerakan poomsae tetap saja dipengaruhi oleh subyektifitas para wasit.

    Menyangkut sistem penilaian waktu misalnya, salah satu praktisi taekwondo Indonesia, Novarli Sirajudin mengemukakan bahwa di dalam Poomsae terdapat gerakan khusus yang dilakukan secara perlahan. Misalnya : Aturan waktu lima detik. Penilaian mengenai waktu lima detik ini menurutnya berlaku untuk gerakan taeguk 6, yaitu Naranhi Seogi Are Hecho Makki, taeguk 7 yaitu Moa Seogi Bojumok, Koryo, yaitu Naranhi Seogi Tongmilgi Junbi, Keumgang untuk gerakan Naranhi Seogi Are Hecho Makki,  Pyongwon untuk gerakan Naranhi Seogi Sonnal Are Hecho Makki,  Sipjin untuk gerakan Dwitkubi Pyonsenkut Eopo Jirugi, Apkubi Bawi Milgi, Junchum Seogi Sonnal Are Hecho Makki dan Chonkwon untuk gerakan Moa Seogi Nalgaepyogi, Dwitkubi Sonnal Waesantul Makki, Beom Seogi Tessan Milgi  serta Ilyeo untuk gerakan Dwitkubi Keumgang Makki.

    Kemudian, untuk peraturan dan penilaian Waktu delapan detik, Novarli menjelaskan  penilaian tersebut berlaku untuk gerakan  taeguk 8 yaitu Apkubi Dangkyo Teok Jirugi, Koryo untuk gerakan Moa Seogi Mejumok Are Pyojok Chigi, Keumgang untuk gerakan Hakdari Seogi Keumgang Makki, Jitae untuk gerakan Apkubi Elgul Makki – Momtong Baro Jirugi, Dwitkubi Momtong Bakkat Makki, Apkubi Elgul Makki, Chonkwon untuk gerakan Apkubi dari posisi Sonnal Bituromakki lalu pergelangan tangan diputar selanjutnya maju kaki belakang Apkubi dan melakukan Momtong Baro Jirugi serta Ilyeo untuk gerakan Wasentol Makki Yeop Chagi.

    Menurut Novarli, beberapa hal yang ia kemukakan dalam hal aturan penilaian terkait ketentuan waktu dalam gerakan poomsae tersebut, secara empiris didasarkan atas pengamatannya pada saat kejuaraan dunia poomsae di Bali beberapa waktu lalu. Ia menegaskan, ternyata banyak sekali perubahan mendasar dalam gerakan-gerakan tersebut. Misalnya : lintasan tangkisan momtong harus melawati Injung (antara bibir dan hidung), pergerakan tangan selalu ada unsur putaran (Twist), awal tangkisan momtong tidak boleh melebih bahu, An Makki sejajar dengan bagian tengah tubuh, Bakkat Makki harus sampai garis badan bagian luar, An/Bakkat Makki membentuk sudut 90-120 derajat, tidak ada perubahan tinggi badan, yang ada adalah perubahan kuda-kuda yang sama, kecuali ada tendangan. Misalkan taeguk 5 Ap Kubi An Makki – Apchagi – Apkubi Jumjumok Elgol Apchigi – Momtong An Makki.

    Terlepas ada atau tidaknya perubahan dalam gerakan poomsae tersebut, kondisi ini memang bisa membingungkan sebagian para praktisi taekwondo di daerah. Wari Agusta, misalnya, pelatih di Wariors Taekwondo Team ini menyarankan, agar tidak membingungkan para pelatih/praktisi taekwondo, sebaiknya dilakukan diklat khusus poomsae, yang kemudian dibakukan. Dalam diklat tersebut juga dilatih oleh pelatih yang berkompeten untuk menghasilkan referensi atas gerakan-gerakan poomsae yang benar. Menurutnya hal ini sangat penting agar para pelatih, khususnya di daerah tidak salah dalam menerapkan gerakan-gerakan poomsae.

    Dilain pihak menurut salah seorang praktisi taekwondo, Ade Muhammad Sujud, sebenarnya tidak ada yang berubah dalam gerakan-gerakan poomsae. ”Dari dulu gerakan poomsae ya itu-itu saja. Intinya Style. ” Tegasnya.

    Ade menjelaskan, sebenarnya tidak ada itu yang namanya “perubahan”.
    Poomsae sejak dulu ya begitu-begitu  saja, hanya tinggal “selera wasit” saja yang berubah. Hal tersebut didasarkan atas pengalamannya sejak mengikuti kejurnas poomsae tahun 2009 hingga sekarang.

    Misalnya dari yang dikatakan gerakan “patah-patah” (sebenarnya tidak patah), lalu “mengalir lambat”, kemudian “mengalir cepat”lalu kembali lagi ke gerakan awal “seperti patah-patah tapi mengalir”.

    Artinya, menurut Ade kita tidak bisa bilang yang tendangannya melewati kepala adalah “salah”.

    Ia mengambil contoh, misalnya jika ada seleksi/battle yang di adakan KTA, maka style yang dipakai adalah tendangan semaksimal mungkin. Tetapi jika turun di kejuaraan dunia, misalnya, semua cari aman. Dari pada jatuh dan kena pengurangan, lebih baik menendang tidak terlalu tinggi tapi steady/ tidak kehilangan balance. Dan masih banyak lagi yang menurutnya, gerakan poomsae identik dengan style. Dalam konteks ini, Ade mengingatkan sekaligus menyarankan agar para pelatih mempelajari semua berbagai macam style yang ada dan dipraktekkan.

    Sementara itu, praktisi taekwondo lainnya, Florian Arizona menambahkan, dalam kompetisi Poomsae, kesalahan dalam mempresentasikan interval satu teknik tertentu bisa mengakibatkan sang atlet kena potongan 0,3 dalam kategori akurasi jika selisih waktunya terpaut 3 detik dari yang seharusnya karena termasuk kesalahan besar dan akan dikenakan potongan 0,3 jika sang atlet melakukan tangkisan/ pukulan/ tendangan kesasaran yang salah. Misalnya, jika seharusnya sasaran teknik tersebut adalah Olgul namun sang atlet mempresentasikannya momtong maka pengurangan akan diberikan oleh juri.

    Dijelaskan Florian, peraturan pertandingan sendiri ada beberapa yang berubah dan disesuaikan sesuai perkembangan di dunia dan organisasi Taekwondo, seperti terakhir yang ia ketahui saat ada penggantian kepala wasit Poomsae WTF yang diikuti dengan adanya beberapa perubahan dalam ketentuan kompetisi Poomsae pula.

    Entah jika di kejuaraan dunia di Bali kemarin memang sudah ada perubahan peraturan lagi dari WTF. Oleh karenanya penting bagi para atlet, coach dan wasit untuk mengetahui aturan detail tiap teknik-teknik yang ada didalam Poomsae yang akan diperagakan saat pertandingan sesuai standard penilaian yang berlaku saat itu, siapa penyelenggaranya dan akan menggunakan competition rule yang mana dan dari organisasi mana untuk mendapatkan penilaian yang terbaik.

     Terkait adanya aturan penilaian delapan detik yang berlaku dalam Taeguk 8 yang dikemukakan oleh Novarli Sirajudin, pelatih, penguji sekaligus komisi teknik di dojang Unika Atmajaya ini menjelaskan  bahwa Untuk pembagian interval waktu dari beberapa teknik memang ada beberapa yang berbeda. Misalnya  Taeguk 8 kihopnya ada dua kali, pertama diakhir tendangan dubal dangsang ap chagi yang mengarah kedepan, dan yang kedua ditendangan paling akhir dari Taeguk Pal jang di teknik twio ap chagi setelah tendangan olgul ap chagi.

    Untuk Pal Jang/ Taeguk 8, teknik tendangan pertama yang kedepan namanya Dubal Dangsang Ap Chagi, tendangan pertama kaki kanan sasarannya momtong diikuti tendangan kedua dengan kaki kiri sasarannya olgul dilakukan cepat seperti berlari diudara, kihop pada saat tendangan kaki kiri mencapai titik bentur kesasaran Olgul.

    Untuk dua tendangan kebelakang, setelah posisi wen dwikubi are kodro makki, tendangan pertama olgul ap chagi dengan kaki kiri sasarannya olgul dan tendangan kedua twio ap chagi tendangan loncat kedepan dengan kaki kanan sasarannya olgul juga, dilakukan saat kaki kiri masih menggantung. Kihopnya pun dilakukan pada saat tendangan kedua/twio ap chagi kaki kanan mencapai titik bentur. Jika kihop lupa dilakukan atau dilakukan sebelum atau sesudah titik bentur atlet akan dikenakan pengurangan nilai 0,3 untuk point akurasinya. Dan jika target tendangannya salah sasaran, misalnya seharusnya menendang momtong namun menendang olgul atau sebaliknya, atlet akan dikenakan pengurangan nilai 0,3 untuk point akurasinya pula karena dua-duanya masuk dalam kategori kesalahan besar.

    Ditambahkan Florian, kalau dalam hal melangkah dan perpindahan transisi dari satu kuda-kuda ke kuda kuda yang sama atau antar kuda-kuda yang memiliki ketentuan tekukan dengkul yang sama, memang tidak boleh ada gerakan naik turun,
    misalnya dalam melangkah dari satu ap kubi ke ap kubi yang lain atau pergeseran dari dwi kubi ke ap kubi atau dari gyotari soegi ke juchum soegi, yang tiap tekukan dengkul kuda-kudanya sama-sama 120 derajat. Kecuali dari kuda-kuda yang satu ke kuda-kuda lain yang memiliki tekukan dengkul yang berbeda seperti dari ap soegi ke ap kubi, atau dari ap soegi ke juchum soegi, atau dari naranhi soegi ke ap kubi dan lain-lain.

    Namun demikian hal-hal teknis mengenai gerakan poomsae tersebut menurut Ade Muhammad Sujud ujung-ujungnya adalah bagaimana wasit melihat keindahan gerakan poomsae.

    Poomsae itu keindahan, dan keindahan itu tergantung yang melihatnya. tetap saja unsur subjektivitasnya tinggi sekali.” Ujarnya.

    Jadi jika bicara poomsae, menurut Ade, maka subjektivitas yang berlaku,Aturan pembatasan seperti apapun kakunya, Lagi-lagi pada akhirnya adalah keindahan. Jadi menurutnya, point-nya adalah “enak dilihat atau tidak”Seleranya apa dan bagaimana dari para wasit ? Jika wasitnya bilang “tidak indah” ya kalah.

    Beda dengan kyorugi, semua orang dalam satu ruangan bisa sepakat sebuah tendangan bernilai atau tidak cukup dengan melihat dan mendengar impact benturan dari tendangannya terhadap lawan si atlet, sementara poomsae kan bukan telinga, tapi mata.

     Terlepas dari pro kontra mengenai teknis gerakan poomsae, keindahan Poomsae memang bisa tergantung dari persepsi masing-masing orang yang melihatnya, dan Poomsae itu sebenarnya sifatnya personal dan masing-masing orang akan memiliki style Poomsaenya masing-masing saat mempresentasikan Poomsaenya, tergantung pengalaman dan motivasinya berlatih selama ini.

    Menurut Florian, motivasi masing-masing orang berlatih Poomsae bisa bermacam-macam, ada yang sekedar untuk persyaratan ujian kenaikan tingkat, untuk bisa beladiri praktis, untuk bisa ikut lomba Poomsae, untuk kesehatan, untuk lebih langsing dan lain-lain.

    Masing-masing motivasi yang berbeda itu ditambah tingkat pemahaman yang berbeda akan menghasilkan presentasi Poomsae yang berbeda pula. Namun jika Poomsae dilombakan, memang harus ada aturan baku dan cara menilainya agar memiliki standard penilaian yang sama atau setidaknya mendekati sama.

    Dari segi akurasi penilaiannya bisa standard, dari segi presentasi bisa diupayakan tidak jauh beda dengan penekanan pada point-point tertentu. Yang perlu diperhatikan oleh para juri dan standard pemberian nilai adalah point nilai untuk kategori kurang, rata-rata, baik dan baik sekali. Disini perlunya training, diklat dan refreshing wasit sebelum kompetisi untuk kategori Poomsae. Terutama sekali untuk wasit Poomsae.

    Menurutnya, sangat penting sekali wasit Poomsae tersebut bisa menguasai, mengerti dan memperagakan Poomsae yang akan dinilainya.

    Sebab, banyak aturan-aturan dan pakem dalam melakukan Poomsae yang sifatnya ketat karena mengandung intisari dan fungsi aplikatif pembelaan diri dari tiap Poom dalam Poomsae. Sebagai contoh, secara teknis banyak praktisi yang mempertanyakan dan memusingkan dimana letak posisi kepalan, berapa sudut tekukan dengkul, berapa derajat posisi telapak kaki, berapa derajat posisi pinggul dan dimana proporsi berat badan ditempatkan.

    Sedangkan yang lebih penting daripada hal-hal diatas adalah:
    Mengapa tinggi kepalan harus dibawah garis kepala saat melakukan teknik Santoel Makki? Mengapa tinggi kepalan dan pisau tangan harus sejajar bahu dalam tangkisan tengah? Mengapa tekukan siku tangan ditentukan antara 90-120 derajat saat melakukan beberapa tangkisan tengah?  Dan banyak sekali mengapa, mengapa mengapa lainnya dari setiap Poom dalam Poomsae.

    Belum lagi mengenai mengapa pergerakan/dongjak dari satu Poom ke Poom lainnya harus begini atau begitu?

    Disana sebenarnya ada intisari dari Poomsae Jadi bukan hanya sekedar fasih dan indah dalam melakukan. Bukan sekedar hafalan dan terkunci serta terbelenggu oleh aturan. Lebih penting dari itu adalah pengertian dan pemahaman serta penguasaan.

    Seperti filosofi jari menunjuk bulan pada film Game of Death yang coba disampaikan oleh Bruce Lee. ”Jangan terpaku dan terkunci hanya pada jari yang menunjuk bulannya,  Lihatlah pada bulannya. ”. Jika fokusnya pada inti, bukan pada aturannya, maka pemahaman, penguasaan dan presentasinya pun akan berbeda.

    Sebenarnya dua-duanya baik perwasitan Kyorugi maupun Poomsae bisa dipelajari karena sudah ada aturan kompetisinya (competition rules).

    Namun, karena aturan kompetisi sering mengalami perkembangan dan penyesuaian, maka baik wasit, pelatih maupun atletnya perlu juga untuk update tekniknya menyesuaikan dengan perubahan dan perkembangan aturan kompetisi terbaru jika ingin menang dalam pertandingan.

    Problemnya adalah akses informasi dan kesempatan untuk mempelajari competition rules-nya yang masih sangat kurang. untuk mengatasi hal tersebut, idealnya saat technical meeting tata cara penilaian dan aturan kompetisinya harus dibahas tuntas untuk fairness,

    Lebih baik lagi jika diadakan diklat/ seminar/ latihan rutin secara berkala, sehingga nantinya pertandingan akan berjalan makin kompetitif dan prestasi nasional serta international bangsa ini akan bisa makin berkembang. *) adt. (disarikan dari hasil diskusi di Forum FBTI).