SELAMAT DATANG DI BLOG DOJANG TAEKWONDO WIJAYA KUSUMA.................WALAUPUN KAMI KECIL TAPI KAMI PUNYA SEMANGAT YANG BESAR UNTUK BERLATIH MENUJU PRESTASI TERBAIK...................SELAMAT DATANG DI BLOG DOJANG TAEKWONDO WIJAYA KUSUMA.................JAYA...JAYA.....SELALU
SELAMAT DATANG
Blog Dojang Taekwondo Wijaya Kusuma yang merupakan Unit latihan Taekwondo di bawah naungan CLub International Taekwondo Academy (ITA) berhaluan World Taekwondo Federation (WTF) Kukkiwon Korea Selatan dan berinduk pada PB TI (Pengurus Besar Taekwondo Indonesia). Dojang TKD Wijaya Kusuma terletak di Perumahan Citra Indah Cluster TNI AL Bukit Wijaya Kusuma Jonggol. Blog ini sengaja kami buat dengan tujuan sebagai media komunikasi & interaktif bagi seluruh pengurus dan anggota Dojang Takewondo Wijaya Kusuma serta komunitas Seni Bela Diri Taekwondo sekaligus sebagai arsip kegiatan Dojang Wijaya Kusuma. Blog ini berisikan tentang rangkuman materi Taekwondo yang diberikan pada saat latihan dan materi yang diadopsi dari berbagai situs web maupun blog yang ada di Internet dengan tujuan sebagai penyeragaman teknik serta turut memajukan dan mengembangkan TAEKWONDO Indonesia. Kami terbuka bagi kritik, saran & masukan yang membangun untuk seluruh komunitas bela diri Taekwondo demi kemajuan di masa yang akan datang. Semoga Blog ini dapat bermanfaat bagi seluruh keluarga besar Taekwondo Indonesia. Bravo Taekwondo

Senin, 20 Februari 2023

TAEKWONDO ITA DOJANG WIJAYA KUSUMA MELAKSANAKAN UKT UNTUK KESEKIAN KALINYA DI DOJANG

Sabtu 04022003-16.00 Alhamdulillah Ujian Kenaikan Tingkat (UKT) Club ITA Dojang TKD Wijaya Kusuma yang diikuti oleh 48 atlit dan Pengurus para pelatih dan assisten pelatih TKD Unit/Dojang Wijaya Kusuma bertempat di lapangan outdoor kluster TNI AL Bukit Wijaya Kusuma Citra Indah City dan selaku penguji Master Ir. Yefi Triaji (DAN VII KUKKIWON) Ketua Bin prestasi Atlit Nasional PBTI dan Sbm Didik R. S.Sos, M.Pd (DAN III KUKKIWON) selaku pelatih berjalan aman dan lancar semoga para Teakwondoin kedepan makin rajin disiplin dalam berlatih dan bisa menjadi atlit berprestasi Aamiin YRA

Sabtu, 09 April 2022

MASTER IR. YEFI TRIAJI KABID BIN PRESTASI PBTI MENJADI PENGUJI PADA KEGIATAN UJIAN KENAIKAN TINGKAT (UKT) DI DOJANG TKD WIJAYA KUSUMA SETELAH 2 TAHUN LEBIH FAKUM AKIBAT PANDEMI C-19


 

Sebanyak 42 Taekwondoin Club ITA Dojang Wijaya Kusuma melaksanakan Ujian Kenaikan Tingkat (UKT) setelah selama 2 tahun lebih fakum tidak ada kegiatan latihan maupun Ujian dikarenakan Pandemi Covid 19 yang dilaksanakan pada hari Minggu pagi tanggal 20 Maret 2022 bertempat di lapangan Volley Kluster Bukit Wijaya Kusuma Perumahan Citra Indah City.  Selaku Penguji dalam UKT ini adalah Ketua Club ITA sekaligus sebagai Kepala Bidang Pembinaan Prestasi Pengurus Besar Taekwondo Indonesia (PBTI) Master Ir. Yefi Triaji dan sebagai pendamping Ketua Dojang TKD Wijaya Kusuma Sabaeum Didik Ruspriyanto S.Sos, M.Pd.   Dalam kesempatan ini Master Yefi menyampaikan amanatnya kepada seluruh peserta UKT untuk tetap semangat dalam berlatih dan tetap jaga Prokes karena memang Pandemi belum berakhir 100 %  serta tunjukan prestasi terbaik. Karena membina generasi muda Taekwondo untuk menjadi seorang atlit juara tidaklah mudah butuh perjuangan keras dan semangat yang tinggi pantang menyerah sebagainnmana yang pernah dirasakan oleh Master Yefi ketika remaja yang pernah menjuarai Kejuaraan Olympiade dunia pada Tahun 1992 mewakili Indonesia,  prestasi ini belum mampu di saingi oleh Atlit Taekowndo Indonesia hingga saat ini.

Dari 42 peserta UKT dinyatakan lulus dan yang mendapatkan nilai terbaik yaitu Tingkat Senior Taekwondoin Retnani Diaz, Fathina Najwa, dan Arsha Kirenina, Tingkat Yunior Taekwondoin Lionel Jayden, Vanessa, dan Cinta Azzalea.


                Para Taekwondoin Dojang Wijaya Kusuma yang mendapat nilai terbaik mendapatkan              medali yang disematkan langsung oleh Master Yefi Triaji


Master Yefi Triaji & Sbm Didik berpose bersama


Master Yefi berpose bersama Tim Coach TKD Wijaya Kusuma


Pelaksanaan Ujian









Jumat, 08 April 2022

Pengurus Besar Taekwondo Indonesia (PBTI) Periode 2019 - 2023 Resmi Dilantik

 INFO PBTI

  • HOME  
  • DETAIL
  • susunan pengurus PBTI periode 2019 – 2023 :

    Pembina       :

    1. Letjen TNI (Purn) Marciano Norman
    2. Letjen TNI (Purn) Erwin Sudjono, SH
    3. Letjen Mar (Purn) Suharto

    Staf Khusus :

    1. Marsma TNI Donald Kasenda ST, SIP, MM
    2. Tb Ade Lukman Djayadikusuma

    Ketua Umum :

    Letjen TNI (Purn) H.M. Thamrin Marzuki, S.Sos

    Wakil ketua Umum :

    1. Irjen Pol ( Purn) Syharizal Ahiar, SH, MM
    2. Brigjen TNI (Purn) H. Noor Fadjari, ST
    3. Zulkifli Tanjung, SE
    4. Omar Dannil Hasan, MSs, Eng

    Ketua Harian :  Ir. Musa Anthony Siregar, SH, M.Kn

    Sekretaris Jenderal : Dirc Richard Tulumewu, SE, MM

    Wakil Sekretaris Jenderal : Billy Aprilaya, S.Kom

    Bendahara  : Ir. Hani Dian Indrati,

    Wakil Bendahara : Steffi Harum Natalisa, SE, S. Kom

    Ketua I Bidang Organisasi : Brigjen TNI (Purn) Untung Waluyo, SE

    Komisi Hubungan Dalam/ Luar Negeri dan Antar Lembaga :

    1. Fernando Sinisuka, SH
    2. Rahmi Kurnia, SE

    Ketua II Bidang Pembinaan Prestasi : Ir. Yefi Triaji

    Komisi Pertandingan : Charles L. Gaol, SE

    Komisi Perwasitan :

    1. Hand Prihatindra
    2. Irwan Nugraha Kurnia, SE

    Ketua III Bidang Kepelatihan, Pendidikan dan Pengembangan :

    Ir. Tb. Indra Mulia Arie Zuhri

    Komisi Pelatihan : Dra. Ina Febriana Sari Hard Putri

    Komisi UKT  : Acen Tanuwijaya

    Komisi Iptek dan Sport Science :

    1. Kolonel CKM Dr. Bagus Sulistyo, Sp.Kj.M.Kes
    2. Mayor CKM dr. Maulidi, Sp. FR

    Ketua IV Bidang Pembinaan Hukum : Rendy Aloysius Kailimang, SH, MH

    Anggota :

    1. Remi Ramadhan, SH, MH
    2. Kabed Sinambela, SH

    Ketua V Bidang Perencanaan, Dana dan Usaha : Fianto

    Anggota :

    1. Sam Martino Soerjonegoro
    2. David Suryabara

    Ketua Vi Bidang Humas : Kolonel Inf. Ruminta

    Anggota :

    1. Kapten Inf. Abdus Suhud
    2. Andi Trinanda, SE MM

    Pro Kontra Aturan Penilaian Gerakan Poomsae

     

    ADE

    Hampir di seluruh dojang, para pelatih saat ini juga tengah fokus meningkatkan kemampuan gerakan poomsae sebagai mata ”pelajaran wajib” untuk dikuasai para siswa/ taekwondoin.

    Terkait dengan perkembangan taekwondo poomsae itu, Pro kontra mengenai aturan dan nilai gerakan poomsae juga kerap diperdebatkan oleh para praktisi taekwondo. Beberapa praktisi mengemukakan bahwa, hal tersebut terjadi karena gerakan poomsae banyak mengalami perubahan. Sementara para praktisi lainnya menyatakan bahwa sejak dulu sebenarnya gerakan poomsae tidak pernah berubah. Yang terjadi adalah gerakan poomsae terus mengalami dinamika dari unsur keindahanannya.

    Disatu sisi, walaupun referensi mengenai aturan penilaian gerakan tersebut mengacu kepada standarisasi yang telah ditetapkan oleh World Taekwondo Federation (WTF), namun pada kenyataannya para praktisi taekwondo cenderung menilai bahwa selama ini penilaian teknis gerakan poomsae tetap saja dipengaruhi oleh subyektifitas para wasit.

    Menyangkut sistem penilaian waktu misalnya, salah satu praktisi taekwondo Indonesia, Novarli Sirajudin mengemukakan bahwa di dalam Poomsae terdapat gerakan khusus yang dilakukan secara perlahan. Misalnya : Aturan waktu lima detik. Penilaian mengenai waktu lima detik ini menurutnya berlaku untuk gerakan taeguk 6, yaitu Naranhi Seogi Are Hecho Makki, taeguk 7 yaitu Moa Seogi Bojumok, Koryo, yaitu Naranhi Seogi Tongmilgi Junbi, Keumgang untuk gerakan Naranhi Seogi Are Hecho Makki,  Pyongwon untuk gerakan Naranhi Seogi Sonnal Are Hecho Makki,  Sipjin untuk gerakan Dwitkubi Pyonsenkut Eopo Jirugi, Apkubi Bawi Milgi, Junchum Seogi Sonnal Are Hecho Makki dan Chonkwon untuk gerakan Moa Seogi Nalgaepyogi, Dwitkubi Sonnal Waesantul Makki, Beom Seogi Tessan Milgi  serta Ilyeo untuk gerakan Dwitkubi Keumgang Makki.

    Kemudian, untuk peraturan dan penilaian Waktu delapan detik, Novarli menjelaskan  penilaian tersebut berlaku untuk gerakan  taeguk 8 yaitu Apkubi Dangkyo Teok Jirugi, Koryo untuk gerakan Moa Seogi Mejumok Are Pyojok Chigi, Keumgang untuk gerakan Hakdari Seogi Keumgang Makki, Jitae untuk gerakan Apkubi Elgul Makki – Momtong Baro Jirugi, Dwitkubi Momtong Bakkat Makki, Apkubi Elgul Makki, Chonkwon untuk gerakan Apkubi dari posisi Sonnal Bituromakki lalu pergelangan tangan diputar selanjutnya maju kaki belakang Apkubi dan melakukan Momtong Baro Jirugi serta Ilyeo untuk gerakan Wasentol Makki Yeop Chagi.

    Menurut Novarli, beberapa hal yang ia kemukakan dalam hal aturan penilaian terkait ketentuan waktu dalam gerakan poomsae tersebut, secara empiris didasarkan atas pengamatannya pada saat kejuaraan dunia poomsae di Bali beberapa waktu lalu. Ia menegaskan, ternyata banyak sekali perubahan mendasar dalam gerakan-gerakan tersebut. Misalnya : lintasan tangkisan momtong harus melawati Injung (antara bibir dan hidung), pergerakan tangan selalu ada unsur putaran (Twist), awal tangkisan momtong tidak boleh melebih bahu, An Makki sejajar dengan bagian tengah tubuh, Bakkat Makki harus sampai garis badan bagian luar, An/Bakkat Makki membentuk sudut 90-120 derajat, tidak ada perubahan tinggi badan, yang ada adalah perubahan kuda-kuda yang sama, kecuali ada tendangan. Misalkan taeguk 5 Ap Kubi An Makki – Apchagi – Apkubi Jumjumok Elgol Apchigi – Momtong An Makki.

    Terlepas ada atau tidaknya perubahan dalam gerakan poomsae tersebut, kondisi ini memang bisa membingungkan sebagian para praktisi taekwondo di daerah. Wari Agusta, misalnya, pelatih di Wariors Taekwondo Team ini menyarankan, agar tidak membingungkan para pelatih/praktisi taekwondo, sebaiknya dilakukan diklat khusus poomsae, yang kemudian dibakukan. Dalam diklat tersebut juga dilatih oleh pelatih yang berkompeten untuk menghasilkan referensi atas gerakan-gerakan poomsae yang benar. Menurutnya hal ini sangat penting agar para pelatih, khususnya di daerah tidak salah dalam menerapkan gerakan-gerakan poomsae.

    Dilain pihak menurut salah seorang praktisi taekwondo, Ade Muhammad Sujud, sebenarnya tidak ada yang berubah dalam gerakan-gerakan poomsae. ”Dari dulu gerakan poomsae ya itu-itu saja. Intinya Style. ” Tegasnya.

    Ade menjelaskan, sebenarnya tidak ada itu yang namanya “perubahan”.
    Poomsae sejak dulu ya begitu-begitu  saja, hanya tinggal “selera wasit” saja yang berubah. Hal tersebut didasarkan atas pengalamannya sejak mengikuti kejurnas poomsae tahun 2009 hingga sekarang.

    Misalnya dari yang dikatakan gerakan “patah-patah” (sebenarnya tidak patah), lalu “mengalir lambat”, kemudian “mengalir cepat”lalu kembali lagi ke gerakan awal “seperti patah-patah tapi mengalir”.

    Artinya, menurut Ade kita tidak bisa bilang yang tendangannya melewati kepala adalah “salah”.

    Ia mengambil contoh, misalnya jika ada seleksi/battle yang di adakan KTA, maka style yang dipakai adalah tendangan semaksimal mungkin. Tetapi jika turun di kejuaraan dunia, misalnya, semua cari aman. Dari pada jatuh dan kena pengurangan, lebih baik menendang tidak terlalu tinggi tapi steady/ tidak kehilangan balance. Dan masih banyak lagi yang menurutnya, gerakan poomsae identik dengan style. Dalam konteks ini, Ade mengingatkan sekaligus menyarankan agar para pelatih mempelajari semua berbagai macam style yang ada dan dipraktekkan.

    Sementara itu, praktisi taekwondo lainnya, Florian Arizona menambahkan, dalam kompetisi Poomsae, kesalahan dalam mempresentasikan interval satu teknik tertentu bisa mengakibatkan sang atlet kena potongan 0,3 dalam kategori akurasi jika selisih waktunya terpaut 3 detik dari yang seharusnya karena termasuk kesalahan besar dan akan dikenakan potongan 0,3 jika sang atlet melakukan tangkisan/ pukulan/ tendangan kesasaran yang salah. Misalnya, jika seharusnya sasaran teknik tersebut adalah Olgul namun sang atlet mempresentasikannya momtong maka pengurangan akan diberikan oleh juri.

    Dijelaskan Florian, peraturan pertandingan sendiri ada beberapa yang berubah dan disesuaikan sesuai perkembangan di dunia dan organisasi Taekwondo, seperti terakhir yang ia ketahui saat ada penggantian kepala wasit Poomsae WTF yang diikuti dengan adanya beberapa perubahan dalam ketentuan kompetisi Poomsae pula.

    Entah jika di kejuaraan dunia di Bali kemarin memang sudah ada perubahan peraturan lagi dari WTF. Oleh karenanya penting bagi para atlet, coach dan wasit untuk mengetahui aturan detail tiap teknik-teknik yang ada didalam Poomsae yang akan diperagakan saat pertandingan sesuai standard penilaian yang berlaku saat itu, siapa penyelenggaranya dan akan menggunakan competition rule yang mana dan dari organisasi mana untuk mendapatkan penilaian yang terbaik.

     Terkait adanya aturan penilaian delapan detik yang berlaku dalam Taeguk 8 yang dikemukakan oleh Novarli Sirajudin, pelatih, penguji sekaligus komisi teknik di dojang Unika Atmajaya ini menjelaskan  bahwa Untuk pembagian interval waktu dari beberapa teknik memang ada beberapa yang berbeda. Misalnya  Taeguk 8 kihopnya ada dua kali, pertama diakhir tendangan dubal dangsang ap chagi yang mengarah kedepan, dan yang kedua ditendangan paling akhir dari Taeguk Pal jang di teknik twio ap chagi setelah tendangan olgul ap chagi.

    Untuk Pal Jang/ Taeguk 8, teknik tendangan pertama yang kedepan namanya Dubal Dangsang Ap Chagi, tendangan pertama kaki kanan sasarannya momtong diikuti tendangan kedua dengan kaki kiri sasarannya olgul dilakukan cepat seperti berlari diudara, kihop pada saat tendangan kaki kiri mencapai titik bentur kesasaran Olgul.

    Untuk dua tendangan kebelakang, setelah posisi wen dwikubi are kodro makki, tendangan pertama olgul ap chagi dengan kaki kiri sasarannya olgul dan tendangan kedua twio ap chagi tendangan loncat kedepan dengan kaki kanan sasarannya olgul juga, dilakukan saat kaki kiri masih menggantung. Kihopnya pun dilakukan pada saat tendangan kedua/twio ap chagi kaki kanan mencapai titik bentur. Jika kihop lupa dilakukan atau dilakukan sebelum atau sesudah titik bentur atlet akan dikenakan pengurangan nilai 0,3 untuk point akurasinya. Dan jika target tendangannya salah sasaran, misalnya seharusnya menendang momtong namun menendang olgul atau sebaliknya, atlet akan dikenakan pengurangan nilai 0,3 untuk point akurasinya pula karena dua-duanya masuk dalam kategori kesalahan besar.

    Ditambahkan Florian, kalau dalam hal melangkah dan perpindahan transisi dari satu kuda-kuda ke kuda kuda yang sama atau antar kuda-kuda yang memiliki ketentuan tekukan dengkul yang sama, memang tidak boleh ada gerakan naik turun,
    misalnya dalam melangkah dari satu ap kubi ke ap kubi yang lain atau pergeseran dari dwi kubi ke ap kubi atau dari gyotari soegi ke juchum soegi, yang tiap tekukan dengkul kuda-kudanya sama-sama 120 derajat. Kecuali dari kuda-kuda yang satu ke kuda-kuda lain yang memiliki tekukan dengkul yang berbeda seperti dari ap soegi ke ap kubi, atau dari ap soegi ke juchum soegi, atau dari naranhi soegi ke ap kubi dan lain-lain.

    Namun demikian hal-hal teknis mengenai gerakan poomsae tersebut menurut Ade Muhammad Sujud ujung-ujungnya adalah bagaimana wasit melihat keindahan gerakan poomsae.

    Poomsae itu keindahan, dan keindahan itu tergantung yang melihatnya. tetap saja unsur subjektivitasnya tinggi sekali.” Ujarnya.

    Jadi jika bicara poomsae, menurut Ade, maka subjektivitas yang berlaku,Aturan pembatasan seperti apapun kakunya, Lagi-lagi pada akhirnya adalah keindahan. Jadi menurutnya, point-nya adalah “enak dilihat atau tidak”Seleranya apa dan bagaimana dari para wasit ? Jika wasitnya bilang “tidak indah” ya kalah.

    Beda dengan kyorugi, semua orang dalam satu ruangan bisa sepakat sebuah tendangan bernilai atau tidak cukup dengan melihat dan mendengar impact benturan dari tendangannya terhadap lawan si atlet, sementara poomsae kan bukan telinga, tapi mata.

     Terlepas dari pro kontra mengenai teknis gerakan poomsae, keindahan Poomsae memang bisa tergantung dari persepsi masing-masing orang yang melihatnya, dan Poomsae itu sebenarnya sifatnya personal dan masing-masing orang akan memiliki style Poomsaenya masing-masing saat mempresentasikan Poomsaenya, tergantung pengalaman dan motivasinya berlatih selama ini.

    Menurut Florian, motivasi masing-masing orang berlatih Poomsae bisa bermacam-macam, ada yang sekedar untuk persyaratan ujian kenaikan tingkat, untuk bisa beladiri praktis, untuk bisa ikut lomba Poomsae, untuk kesehatan, untuk lebih langsing dan lain-lain.

    Masing-masing motivasi yang berbeda itu ditambah tingkat pemahaman yang berbeda akan menghasilkan presentasi Poomsae yang berbeda pula. Namun jika Poomsae dilombakan, memang harus ada aturan baku dan cara menilainya agar memiliki standard penilaian yang sama atau setidaknya mendekati sama.

    Dari segi akurasi penilaiannya bisa standard, dari segi presentasi bisa diupayakan tidak jauh beda dengan penekanan pada point-point tertentu. Yang perlu diperhatikan oleh para juri dan standard pemberian nilai adalah point nilai untuk kategori kurang, rata-rata, baik dan baik sekali. Disini perlunya training, diklat dan refreshing wasit sebelum kompetisi untuk kategori Poomsae. Terutama sekali untuk wasit Poomsae.

    Menurutnya, sangat penting sekali wasit Poomsae tersebut bisa menguasai, mengerti dan memperagakan Poomsae yang akan dinilainya.

    Sebab, banyak aturan-aturan dan pakem dalam melakukan Poomsae yang sifatnya ketat karena mengandung intisari dan fungsi aplikatif pembelaan diri dari tiap Poom dalam Poomsae. Sebagai contoh, secara teknis banyak praktisi yang mempertanyakan dan memusingkan dimana letak posisi kepalan, berapa sudut tekukan dengkul, berapa derajat posisi telapak kaki, berapa derajat posisi pinggul dan dimana proporsi berat badan ditempatkan.

    Sedangkan yang lebih penting daripada hal-hal diatas adalah:
    Mengapa tinggi kepalan harus dibawah garis kepala saat melakukan teknik Santoel Makki? Mengapa tinggi kepalan dan pisau tangan harus sejajar bahu dalam tangkisan tengah? Mengapa tekukan siku tangan ditentukan antara 90-120 derajat saat melakukan beberapa tangkisan tengah?  Dan banyak sekali mengapa, mengapa mengapa lainnya dari setiap Poom dalam Poomsae.

    Belum lagi mengenai mengapa pergerakan/dongjak dari satu Poom ke Poom lainnya harus begini atau begitu?

    Disana sebenarnya ada intisari dari Poomsae Jadi bukan hanya sekedar fasih dan indah dalam melakukan. Bukan sekedar hafalan dan terkunci serta terbelenggu oleh aturan. Lebih penting dari itu adalah pengertian dan pemahaman serta penguasaan.

    Seperti filosofi jari menunjuk bulan pada film Game of Death yang coba disampaikan oleh Bruce Lee. ”Jangan terpaku dan terkunci hanya pada jari yang menunjuk bulannya,  Lihatlah pada bulannya. ”. Jika fokusnya pada inti, bukan pada aturannya, maka pemahaman, penguasaan dan presentasinya pun akan berbeda.

    Sebenarnya dua-duanya baik perwasitan Kyorugi maupun Poomsae bisa dipelajari karena sudah ada aturan kompetisinya (competition rules).

    Namun, karena aturan kompetisi sering mengalami perkembangan dan penyesuaian, maka baik wasit, pelatih maupun atletnya perlu juga untuk update tekniknya menyesuaikan dengan perubahan dan perkembangan aturan kompetisi terbaru jika ingin menang dalam pertandingan.

    Problemnya adalah akses informasi dan kesempatan untuk mempelajari competition rules-nya yang masih sangat kurang. untuk mengatasi hal tersebut, idealnya saat technical meeting tata cara penilaian dan aturan kompetisinya harus dibahas tuntas untuk fairness,

    Lebih baik lagi jika diadakan diklat/ seminar/ latihan rutin secara berkala, sehingga nantinya pertandingan akan berjalan makin kompetitif dan prestasi nasional serta international bangsa ini akan bisa makin berkembang. *) adt. (disarikan dari hasil diskusi di Forum FBTI).

    Rabu, 08 Februari 2017

    MELEPASKAN TEKANAN MENTAL SAAT BERHADAPAN DENGAN LAWAN

    by   :  Jero Taman Bali

    Gambar terkait


    Didalam beladiri, pertarungan adalah sebuah moment yang pasti akan dihadapi oleh setiap praktisinya baik saat menghadapi lawan pada sebuah pertarungan di jalanan atau di pertandingan, tentu kita dihadapkan pada suatu kondisi mental yang tidak kita inginkan yang terjadi pada diri kita. Kondisi mental tersebut dapat berupa rasa takut, rasa cemas, dan grogi. Gejala Rasa cemas dan takut itu ditandai dengan jantung yang berdebar-debar (berdetak cepat), pikiran yang tegang bahkan sampai mengeluarkan keringat dingin.

    Sebenarnya kondisi mental berupa rasa takut dan cemas itu adalah hal yang sangat wajar dan alami yang pasti dialami oleh seluruh manusia di muka bumi ini. Tidak ada satu orangpun yang tidak melalui proses ini dalam bertarung. Tetapi masalahnya disini, adalah dapatkah kita melewati proses tersebut?
    Dapatkah kita menguasai keadaan mental dan pikiran kita agar jangan larut atau terbawa dalam kondisi tersebut?.
    Mengatasi rasa takut bukanlah hal yang mudah, butuh proses yang lama dan perlu niat yang bulat untuk melawan rasa takut.

    Beberapa tips dapat anda gunakan untuk mengatasi rasa takut, selebihnya tergantung pada anda sendiri. Mental kita akan teruji jika kita sanggup melawan seseorang yang tidak sebanding dengan kita, secara fisik (tinggi dan berat badan) dan faktor pengalaman ada diatas tentunya bagi mereka yang telah memenuhi syarat untuk melakukannya.
    Mendapat lawan sebanding atau setara dengan kita baik dalam tinggi, berat badan dan pengalaman bertarung, tidak membuat kita gentar untuk melakukan perlawanan. Mental kita akan teruji jika kita sanggup melawan seseorang yang tidak sebanding dengan kita, secara fisik (tinggi dan berat badan) dan faktor pengalaman ada diatas kita.
    Apa yang akan kita lakukan jika berhadapan dengan lawan seperti itu?
    Ada beberapa tips yang dapat dipakai sebagai patokan bagi kita untuk mengatasi rasa takut kita.

    Berpikir Positif dan Berlatih.
    Berlatihlah dengan sungguh-sungguh, mengulang sendiri semua gerakan yang telah kita dapat di tempat latihan. Setiap kali kita menunjukan kemajuan disetiap gerakan (baik pukulan, tangkisan, tendangan, bantingan dan lain sebagainya) akan menambah rasa percara diri dalam diri kita. Selain kemajuan dalam gerakan, kemajuan dalam bentuk latihan fisik seperti push-up, sit-up, dan kegiatan fisik lainnya juga akan meningkatkan rasa percaya diri pada diri kita. Berpikirlah positif jika kita sedang merasa takut, jangan membuat diri kita berpikir yang tidak perlu atau berpikir negative seperti mengeluarkan statement :

    - Wah besar sekali lawan saya, kalau kena tonjok sekali bisa
    kontal.
    - Wah dia sudah punya pengalaman bertanding ditingkat dunia,
    pasti saya kalah.
    - Saya nggak mungkin mengalahkan dia, kakinya aja segede
    Gajah. Sekali tending bisa putus kakiku.

    Gantilah statement tersebut menjadi seperti berikut
    - Wah saya dapat kesempatan emas bisa ketemu lawan
    se-kaliber dia, saya akan tunjukin kemampuan saya kepada dia.
    - Badan gede belum tentu bisa push-up sebanyak saya atau split
    seperti saya. Coba rasakan tendangan dan pukulan saya nanti.
    - Belum tentu kaki segede itu punya tulang kering sekeras saya.

    Bertarung dengan Pelatih
    Sebisa mungkin, mintalah kesempatan untuk melakukan latihan pertarungan dengan pelatih anda. Sebagai Pelatih akan memberikan petunjuk bagi kita yang sedang belajar. Dengan begitu, kita tidak perlu takut jika seorang pelatih akan menghajar kita sampai babak belur. Sebagai seorang pelatih dapat dipastikan memiliki pengalaman bertarung jauh diatas Anda, apalagi jika pelatih yang melatih anda pernah mendapatkan prestasi dalam event turnamen atau kejuaraan beladiri. Banyak petunjuk yang dapat kita dapatkan dari seorang pelatih.

    Mengikuti Turnamen
    Jika anda sudah mencapai tingkatan yang cukup untuk melakukan pertarungan, luangkan waktu anda untuk mengikuti turnamen. Ikutilah turnamen kelompok latihan terlebih dahulu. Dalam turnamen pertama anda ini, anda tidak perlu mentarget untuk menjadi juara, anda hanya perlu mengatasi rasa takut anda di babak pertama. Mengapa? Pada suatu kejuaraan kita tidak hanya di saksikan oleh rekan sesama anggota kelompok latihan, melainkan kita disaksikan oleh penonton umum yang datang khusus untuk menyaksikan anda berlaga di arena. Animo penonton inilah yang dapat membuat anda menjadi semangat atau sebaliknya membuat anda menjadi semakin takut. Jika anda berhasil menaklukan rasa takut Anda di babak pertama (apapun itu hasilnya), anda akan menjadi semakin percaya diri dari sebelumnya. Jika gagal, lakukan review atas kegagalan anda dalam mengatasi rasa takut dan lihat tips pertama.

    Rabu, 24 Februari 2016

     BELADIRI  TAEKWONDO

     BAB I

    PENDAHULUAN


    A.  Latar Belakang


    Seni bela diri sepertinya memang dimiliki oleh setiap negara. Kebutuhan dalam melindungi diri dari berbagai gangguan yang membahayakan merupakan salah satu dari sekian banyaknya alasan mengapa seseorang ingin belajar bela diri. Bela diri ibarat sebuah senjata yang dimiliki secara pribadi. Senjata itu bisa digunakan di manapun dan kapan pun saat dibutuhkan. Bela diri juga merupakan senjata paling efisien, tanpa harus kerepotan membawa benda-benda tajam misalnya, kita akan siap melawan ancaman-ancaman berbagai kejahatan.

    Benua Asia sepertinya mempunyai variasi bela diri lebih banyak dibandingkan dengan benua lainnya. Taekwondo merupakan salah satu ilmu bela diri nasional masyarakat Korea, dan yang paling banyak di pelajari dan digunakan oleh masyarakat dunia. Tae artinya melumpuhkan lawan dengan menggunakan kaki atau tendangan. Kwon artinya gerakan menyerang lawan dengan tangan, meninju, menangkis dan memukul. Do artinya seni atau metode yang berjalan. Sehingga secara harfiah Taekwondo merupakan ilmu mempelajari serangan dengan menggunakan kaki dan tangan untuk menendang, menangkis dan memukul lawan.

    Filosofi Taekwondo perlu sekali dipahami, sehingga seseorang minimalnya mampu mempraktekkan semua aktifitas Taekwondo dengan mempertimbangkan nilai-nilai yang terkandung didalamnya. Maka dalam kajiannya Taekwondo bisa dilihat ke dalam tiga dimensi yaitu; ontologi yang membicarakan tentang keberadaan Taekwondo, epistimologi membicarakan tentang sumber-sumber, sarana dan prasarana dalam melakukan aktifitas Taekwondo, dan aksiologi membicarakan tentang bagaimana aplikasi dari Taekwondo terhadap kehidupan nyata yang membutuhkan nilai-nilai yang sesuai norma dan moral.


    BAB II

    PEMBAHASAN

     

    B. Dimensi Ontologi

     

    1.    Asal Mula Taekwondo

    Pada dasarnya manusia mempunyai insting untuk selalu melindungi diri dan hidupnya, hal ini secara disengaja maupun tidak akan memacu aktivitas fisiknya sepanjang waktu. Manusia dalam tumbuh dan berkembang tidak dapat lepas dari kegiatan / gerakan fisiknya , tanpa menghiraukan waktu dan tempat. Pada masa kuno manusia tidak punya pikiran lain untuk mempertahankan dirinya kecuali dengan tangan kosong, hal ini secara alamiah mengembangkan teknik - teknik bertarung dengan tangan kosong. Pada saat kemampuan bertarung secara tangan kosong dikembangkan sebagai suatu cara untuk menyerang dan bertahan, digunakan pula untuk membangun kekuatan fisik seseorang, bahkan dijadikan pertunjukan dalam acara ritual.

    Manusia mempelajari teknik - teknik bertarung didapat dari pengalaman nya melawan musuh - musuhnya. Inilah yang diyakini menjadi dasar seni beladiri Taekwondo yang kita kenal sekarang, dimana pada masa lampau dikenal sebagai 'Subak" , "Taekkyon", " Takkyon" , maupun beberapa nama lainnya. Pada asal mula sejarah Semenanjung Korea, ada 3 suku bangsa / kerajaan yang mempertunjukan kontes seni beladiri pada acara ritualnya. Ketiga kerajaan ini saling bersaing satu sama lain, ketiganya adalah Koguryo, Paekje dan Silla, semuanya melatih para ksatria untuk dijadikan salah satu kekuatan negara, bahkan para ksatria yang tergabung dalam militer saat itu, menjadi warga negara yang mempunyai kedudukan yang sangat terpandang.

    Menurut catatan , kelompok ksatria muda yang terorganisir seperti " Hwarangdo" di Silla dan "Chouisonin " di Koguryo, semuanya menjadikan latihan seni beladiri sebagai salah satu subyek penting yang harus dipelajari. Sebuah buku tentang seni beladiri yang disebut " Muye Dobo Tongji " menyebutkan : " ( Taekwondo) Seni pertarungan tangan kosong adalah dasar dari seni beladiri, yang membangun kekuatan dengan melatih tangan dan kaki hingga menyatu dengan tubuh agar dapat bergerak bebas leluasa, sehingga dapat digunakan saat menghadapi situasi yang kritis, berarti (Taekwondo) dapat digunakan setiap saat ".

    Pada Dinasti Koryo ( 918 sampai 1392 Masehi ) yang mana penyatuan Semenanjung Korea setelah Shilla, Taekkyon berkembang sangat sistematis dan merupakan mata ujian penting untuk seleksi ketentaraan. Teknik Taekkyon tumbuh menjadi senjata yang efektif untuk membunuh. Pada permulaan Dinasti Koryo, kemampuan beladiri menjadi kualifikasi untuk merekrut personel ketentaraan sebab kerajaan membutuhkan kemampuan pertahanan yang kuat setelah penaklukan seluruh semenanjung Korea. Kemampuan dalam beladiri Taekkyon sangat menentukan pangkat seseorang dalam ketentaraan. Raja - raja pada dinasti Koryo sangat tertarik pada kontes Taekkyon yang disebut "Subakhui", yang populer juga dimasyarakat dan dijadikan ajang perekrutan tentara. Namun pada akhir pemerintahan Dinasti Koryo ketika penggunaan senjata api mulai dikenal , membuat dukungan terhadap kemajuan beladiri berkurang jauh.

    Pada masa modern Korea , saat Dinasti Chosun ( Yi ) pada tahun 1392 sampai 1910, Kerajaan Korea dan Jaman penjajahan Jepang sampai tahun 1945, Subakhui dan Taekkyon, sebutan Taekwondo pada saat itu mengalami kemunduran dan tidak mendapat dukungan dari pemerintah yang memodernisasi tentaranya dengan senjata api. Dinasti Yi yang didirikan dalam ideologi Konfusius, lebih mementingkan kegiatan kebudayaan daripada seni beladiri. Kemudian, saat raja Jungjo setelah invasi oleh Jepang pada tahun 1952, pemerintah kerajaan membangun kembali pertahanan yang kuat dengan memperkuat latihan ketentaraan dan praktek seni beladiri. Seputar periode ini, terbit sebuah buku tentang ilustrasi seni bela diri yang diber judul Muyedobo - Tonji, yang memuat gambar - gambar dan ilustrasi yang mirip / menyerupai bentuk / sikap ( Poomse ) dan Gerakan Dasar ( Basic Movement ) Taekwondo sekarang, namun tentunya hal ini tak dapat diperbandingkan begitu saja dengan Taekwondo saat ini yang telah dimodernisasi dengan penelitian yang berdasarkan ilmu pengetahuan modern ( Scientific Studies). Akan tetapi , saat penjajahan Jepang semua kesenian rakyat dilarang termasuk Taekkyon, untuk menekan rakyat Korea. Seni beladiri Taekkyon hanya diajarkan secara sembunyi oleh para master beladiri sampai masa kemerdekaan pada tahun 1945.

    Seiring dengan kemerdekaan Korea dari penjajahan Jepang, konsep baru tentang kebudayaan dan tradisi mulai bangkit. Banyak para ahli seni beladiri mendirikan sekolah / perguruan beladiri . Dengan meningkatnya populasi dan hubungan kerjasama yang baik antar perguruan beladiri, akhirnya diputuskan menyatukan berbagai nama seni beladiri mereka dengan sebutan : Tae Kwon Do, pada tahun 1954. Pada 16 September 1961 sempat berubah menjadi Taesoodo namun kembali menjadi Taekwondo dengan organisasi nasionalnya bernama Korea Taekwondo Association (KTA) pada tanggal 5 Agustus 1965, dan menjadi anggota Korean Sport Council. Pada era tahun 1965 sampai 1970-an , KTA banyak menyelenggarakan berbagai acara pertandingan dan demonstrasi untuk berbagai kalangan pada skala nasional. Taekwondo berkembang dan menyebar dipelbagai kalangan, hingga diakui sebagai disiplin / program resmi oleh Pertahanan Nasional Korea , menjadi olahraga wajib bagi tentara dan polisi. Tentara Korea yang berpartisipasi dalam perang Vietnam dibekali keahlian Taekwondo, pada saat itulah Taekwondo mendapatkan perhatian besar dari dunia. Nilai lebih ini menjadikan Taekwondo dinyatakan sebagai olahraga nasional Korea. Pada tahun 1972, Kukkiwon didirikan, sebagai markas besar Taekwondo, hal ini menjadi penting bagi pengembangan Taekwondo keseluruh dunia. Kejuaran dunia Taekwondo yang pertama diadakan pada tahun 1973 di Kuk Ki Won, Seoul, Korea Selatan, sampai saat ini kejuaraan dunia rutin dilaksanakan setiap 2 tahun sekali. Disamping itu , untuk meningkatkan kualitas Instruktur Taekwondo diseluruh dunia, Kukkiwon membuka Taekwondo Academy, yang mulai tahun 1998 telah membuka Program pelatihannya bagi Instruktur Taekwondo dari seluruh dunia. Kuk Ki Won, sebagai markas besar Taekwondo Dunia, disinilah pusat penelitian dan pengembangan Taekwondo, Pelatihan para Instruktur , sekretariat promosi ujian tingkat internasional. Pada 28 Mei 1973, The World Taekwondo Federation ( WTF ) didirikan, dan sekarang telah mempunyai 156 negara anggota dan Taekwondo telah dipraktekan oleh lebih dari 50 juta orang diseluruh penjuru dunia, dan angka ini masih terus bertambah seiring perkembangan Taekwondo yang makin maju dan populer. Taekwondo telah dipertandingkan diberbagai pertandingan multi even diseluruh dunia, dan Taekwondo telah dipertandingkan sebagai ekshibisi pada Olympic Games 1988 Seoul dan telah dipertandingkan sebagai cabang olahraga resmi di Olympic Games 2000, Sydney.

     

    2.    Materi Taekwondo


    Materi dalam berlatih beladiri Taekwondo ada tiga materi yang semuanya harus di pelajari secara kontinyu. Adapaun tiga materi tersebut adalah :

    a.     Poomsee atau rangkaian jurus adalah rangkaian teknik gerakan dasar serangan dan pertahanan diri, yang dilakukan melawan lawan yang imajiner, dengan mengikuti diagram tertentu. Setiap diagram rangkaian gerakan poomse didasari oleh filosofi timur yang menggambarkan semangat dan cara pandang bangsa korea.

    b.      Kyukpa atau teknik pemecahanbenda keras adalah latihan teknik dengan memakai sasaran atau obyek benba mati, untuk mengukur kemampuan dan ketepatan tekniknya. Obyek sasaran yang biasanya dipakai antara lain papan kayu, batu bata, genting, dan lain-lain. Teknik tersebut dilakukan dengan tendangan, pukulan, sabetan, bahkan tusukan jari tangan.

    c.     Kyoruki atau pertarungan adalah latihan yang mengaplikasikan teknik gerakan dasar atau poomse, dimana dua orang yang bertarung saling mempraktekan teknik serangan dan teknik pertahanan diri.

    3.    Filosofi Taekwondo


    Taekwondo memiliki filosofi dan nilai-nilai yang penting dalam keidupan. Bukan hanya sekedar menendang, memukul dan menangkis tetapi sekaligus sebagai hiburan, seni, dan keindahan didalamnya. Nilai-nilai filsafat yang ada pada Taekwondo bisa dilihat pada lambang Taekwondo, seragam Taekwondo dan pada sabuk Taekwondo.

    1)        Lambang Taekwondo Indonesia

    Filosofi yang terkandung dalam lambang Taekwondo Indonesia diantaranya sebagai berikut :

    a.       Warna dasar merah putih memberikan makna atau sebagai identitas Negara Kesatuan Republik Indonesia

    b.      Kepalan tangan memberikan makna bahwa;

    ·      Ibu jari mencirikan sebagai seorang pembina yang selalu melindungi dan memberikan arahan dalam Taekwondo.

    ·      Jari telunjuk menggambarkan seorang pelatih yang selalu memberikan latihan dan didikan dalam menguasai Taekwondo.

    ·      Jari Tengah menggambarkan seorang atlet yang selalu berjuang dalam menguasai Taekwondo baik secara fisik, teknik, taktik, dan mental.

    ·      Jari manis menggambarkan seorang penyandang dana yang selalu hadir untuk memberikan dorongan semangat secara material.

    ·      Jari kelingking menggambarkan seorang cendekiawan yang bisa memberikan dan berbagi mengenai perkembangan ilmu pengetahuan baik secara global maupun spesialisasi dalam hal Taekwondo.

    c.       Lingkaran hitam melambangkan suatu kesatuan yang abadi terhadap unsur-unsur yang terkandung didalamnya.

    2)        Seragam (Dobok) Taekwondo

    Tidak hanya seragam yang cukup melindungi tubuh dari sinar matahari, tapi pakaian Taekwondo pun mempunyai arti filosofi yang terkandung didalamnya,diantaranya:

    ·         Bagian atas seragam melambangkan langit yang luas.

    ·         Bagian bawah seragam melambangkan bumi yang ada kehidupan

    ·         Sabuk atau dalam istilah Korea biasa disebut Tie melambangkan sirkulasi kehidupan manusia yang berada diantara langit dan bumi.

    ·         Warna putih melambangkan kesucian hati, kemuliaan jiwa, dan perdamaian yang selalu dicerminkan oleh seorang Taekwondoin

    ·         Bentuk V pada seragam bagian atas menggambarkan identitas pakaian khas Korea yang berarti harapan dan prestasi.


    3)        Sabuk Taekwondo

    Nilai filsafat yang terkandung dalam Taekwondo, bisa dicerminkan juga pada warna-warna sabuk yang biasa dipakai oleh seorang Taekwondoin. Warna sabuk menunjukan tingkat kemampuan seseorang dalam menguasai ilmu Taekwondo. Warna sabuk tersebut terdiri dari:

    a.     Sabuk Putih melambangkan kesucian. Artinya seseorang yang baru lahir dan baru mengenal Taekwondo atau sebagai dasar dan permulaan.

    b.    Sabuk Kuning melambangkan bumi atau tanah. Artinya seseorang sudah mulai diberikan berbagai ilmu-ilmu dasar Taekwondo.

    c.      Sabuk Hijau malambangkan dedaunan yang tumbuh. Artinya seseorang kemampuannya mulai berkembang dan tumbuh.

    d.      Sabuk Biru melambangkan langit. Artinya ilmu yang benar-benar diberikan harus dikuasai dan dimengerti, sehingga dapat mengembangkan kembali ilmu-ilmu sudah ada.

    e.     Sabuk Merah melambangkan matahari. Artinya kemampuan dalam menguasai segala bentuk ilmu maka harus bisa memberikan manfaat untuk orang lain, dan harus mampu menguasai diri atas segala emosi yang kemungkinan terjadi.

    f.      Sabuk Hitam melambangkan kedewasaan. Artinya seseorang pada tingkat ini sudah  mampu mengontrol diri, bertanggung jawab, integritas, loyalitas dan mampu menguasai keadaan lingkungan.

    B.  Dimensi Epistimologi


    1.    Dasar – dasar Bela Diri Taekwondo

    Dasar-dasar Taekwondo terbentuk dari kombinasi berbagai teknik gerakan menyerang dan bertahan yang menggunakan bagian tubuh kita untuk menghadapi lawan. Dasar-dasar Taekwondo terdiri dari 5 komponen dasar, yaitu :

    a. Keupso (bagian tubuh yang menjadi sasaran)

    1)   Eolgol (bagian atas/kepala/muka)

    2)   Momtong (bagian tengah/badan)

    3)   Arae (bagian bawah tubuh)

    b. Bagian tubuh yang digunakan untuk menyerang dan bertahan

    1) Jumeok (kepalan), yaitu Deung-Jumeok (punggung kepalan), Me-Jumeok (kepalan palu), Pyon-Jumeok, Bam-Jumeok, Jipke-Jumeok.

    2) Son (tangan), yaitu Sonnal (pisau tangan), Sonnal-Deung, Batang-Son (telapak tangan), Pyon-Jumeok, Pyonson-Keut dengan variasi Pyonson-Keut Sewo Chireugi, Pyonson-Keut Upeo Chireugi, Jechin-Pyonson-Keut, Gawison Keut, Ageum Son.

    3)  Palmok (lengan), yaitu An Palmok (lengan bagian dalam), Bakkat Palmok (lengan bagian luar) , Deung Palmok, Mit Palmok.

    4)   Palgup (siku).

    5)   Dari (kaki bagian atas) yaitu Mureup / lutut dan Jeonggang Wi / tulang kering, dan

    6)  Bal (kaki bagian bawah), yaitu Ap chuk (ujung depan telapak kaki), Dwitchuk (telapak kaki bagian belakang), Dwikumchi (tumit), Baldeung (punggung kaki), Balnal Deung, Balbadak (telapak kaki bagian dalam), Balkkeut, Balnal (pedang telapak kaki).

    c. Seogi (sikap kuda-kuda)

    1)   Neolpyo Seogi (sikap kuda-kuda terbuka), terdiri atas

    a)    Pyeonhi Seogi (sikap kuda-kuda rileks)

    b)   Charyeot Seogi (sikap kuda-kuda bersiap)

    c)    Naranhi Seogi (sikap kuda-kuda sejajar).

    d)   Juchum Seogi (sikap kuda-kuda duduk).

    e)    Ap Seogi (sikap kuda-kuda jalan pendek).

    f)    Ap Kubi Seogi (sikap kuda-kuda jalan panjang).

    g)   Dwit Kubi Seogi (sikap kuda-kuda kuda-kuda L).

    h)   Beom Seogi (sikap kuda-kuda harimau).

    i)    Hakdari Seogi (sikap kuda-kuda satu kaki)

    2)  Moa Seogi (sikap kuda-kuda tertutup), terdiri atas Moa Seogi dan Koa Seogi (sikap kuda-kuda kaki menyilang).

    3)  Teuksu Poom Seogi (sikap kuda-kuda khusus), terdiri atas Kibon Junbi Seogi (sikap kuda-kuda siap), Bojumeok Junbi Seogi (sikap kuda-kuda siap dengan menutup kepalan).

    d. Makki (tangkisan), berbagai macam tangkisan diantaranya yaitu:

    1)      Arae Makki (tangkisan ke bawah)

    2)      Eolgol Makki (tangkisan ke atas)

    3)      Momtong An Makki (tangkisan ke tengah dari luar ke dalam)

    4)      Momtong Bakkat Makki (tangkisan ke tengah dari dalam ke luar)

    5)      Sonnal Momtong Makki (tangkisan ke tengah dengan pisau tangan)

    6)      Batang Son Momtong An Makki (tangkisan ke tengah dari luar dengan bantalan telapak tangan)

    7)      Kawi Makki (tangkisan menggunting)

    8)      Sonnal Bitureo Makki (tangkisan melintir dengan satu pisau tangan)

    9)      Hecho Makki (tangkisan ganda ke luar)

    10)  Eotgoreo Arae Makki (tangkisan silang ke arah bawah)

    11)  Wesanteul Makki (tangkisan ganda memotong arah bawah dan ke luar.



    e.  Kongkyok Kisul (teknik serangan), terdiri atas:

    1)      Jereugi (pukulan), yaitu :

    a.    Momtong Jireugi (pukulan lurus ke depan, sasaran tengah / ulu hati).

    b.    Yeop Jireugi (pukulan lurus ke samping).

    c.    Dangkyo Teok Jireugi (pukulan ke rahang sambil menarik).

    d.   Du Jumeok Jecho Jireugi (pukulan ganda mengait ke atas).

    2)      Chigi (sabetan), yaitu :

    a.    Han Sonnal Mok Chigi (sabetan tunggal dengan pisau tangan)

    b.    Jebipoom Mok Chigi (sabetan dari lura ke dalam dibarengi tangkisan pisau tangan ke arah atas)

    c.    Me Jumeok Naeryo Chigi (sabetan dari atas ke bawah dengan bantalan kepalan bagian ruas kelingking)

    d.   Dung Jumeok Eolgul Ap Chigi (sabetan depan menggunakan bonggol atas kepalan dengan sasaran atas)

    e.    Palkup Dollyo Chigi (sabetan memutar dengan siku tangan)

    f.     Palkup Pyojeok Chigi (sabetan siku tangan dengan sabetan sasaran/target terpegang)

    g.    Mureup Chigi (sabetan yang menggunakan lutut)

    h.    Deung Jumeok Bakkat Chigi (sabetan dari dalam ke luar dengan menggunakan bonggol atas kepalan).

    3)      Chireugi (tusukan), yaitu :

    a.    Pyeonson Keut Sewo Chireugi (tutuksan dengan telapak tangan tegak)

    b.    Kawison Keut Chireugi (tusukan dengan 2 jari ke arah mata)

    4)      Chagi (tendangan), yaitu :

    a.    Ap Chagi (tendangan depan)

    b.    Dollyo Chagi (tendangan serong/memutar kesamping)

    c.    Yeop Chagi (tendangan samping)

    d.   Dwi Chagi (tendangan belakang)

    e.    Naeryo Chagi (tendangan menurun/mencangkul)

    f.     Twio Yeop Chagi (tendangan Yoep Chagi dengan melompat)

    g.    Dwi Huryeo Chagi (tendangan balik dengan mengkait)

    h.    Doobal Dangsang Chagi (tendangan ganda ke depan sambil melompat)

    i.      Twio Ap Chagi

    j.      Twio Dwi Chagi




    2.    Sarana dan Prasarana Taekwondo

    Didalam setiap cabang olahraga baik dari aktivitas permainan sampai pada aktivitas air, membutuhkan sarana dan prasarana yang mendukung dalam proses pencapaian penguasaan kemampuan yang diharapkan. Mulai dari pakaian hingga peralatan yang digunakan untuk latihan dan bertanding.

    a.     Pakaian Taekwondo

    Pakaian ataupun seragam latihan merupakan bagian yang sangat penting dalam olahraga, begitupun dengan Taekwondo membutuhkan pakaian seragam. Di Taekwondo pakaian latihan yang biasa digunakan disebut Dobok (bahasa Korea). Dobok yang digunakan oleh pemula yaitu warna putih polos, mulai dari baju, celana dan sabuk. Tetapi wajib menggunakan logo Taekwondo Pengurus Besar Taekwondo Indonesia di baju bagian dada kiri.

    Selain yang putih polos, ada juga baju yang pada bagian kerahnya berwarna hitam. Itu biasanya digunakan oleh pemegang sabuk hitam (tingkatan DAN), atau juga bisa dipakai oleh pemegang sabuk warna (sebelum DAN) tetapi hanya digunakan pada saat pertandingan atau kejuaraan Taekwondo, baik itu kejuaraan Kyurigi (pertarungan) ataupun Poomse (jurus).

    b.    Peralatan Taekwondo

    Bela diri Taekwondo dikenal dengan cabang bela diri yang paling aman. Karena didalam suatu pertandingan Taekwondo (khususnya kyurugi) menggunakan peralatan yang sangat lengkap, diantaranya:

    1)   Body protector (pelindung badan), yang bisa melindungi seluruh bagian badan (dari bahu sampai perut bagian bawah), sampai melindungi tulang belakang.

    2)   Head guard  atau pelindung kepala, yang melindungi seluruh bagian kepala kecuali bagian muka.

    3)   Hand guard (pelindung lengan), yang melindungi lengan mulai dari siku-siku sampai ke jari-jari tangan. Bagian yang dilindungi adalah lengan bagian luar, agar dalam memblok tendangan bisa mengurangi sedikit rasa sakit.

    4)   Pelindung kaki, yang melindungi kaki dibawah lutut hingga punggung kaki. Bagian yang dilindungi adalah bagian tulang kering, agar tidak terjadi benturan langsung anta tulang kering yang bisa menyebabkan patah tulang

    5)   Pelindung kemaluan, yang melindungi daerah kemaluan agar atlet merasa aman dalam bertanding.

    6)   Pelindung gigi, yang melindungi seluruh bagian gigi agar meminimalisir terjadinya patah gigi.

    Selain peralatan pertandingan tersebut, ada juga peralatan yang selalu digunakan untuk latihan, diantaranya adalah pyong (target). Fungsinya adalah sebagai alat untuk menjadi sasaran latihan tendangan atau pukulan. Tapi ada juga alat yang digunakan untuk menambah power tendangan, yaitu biasa disebut dengan sansak. Bentuknya menyerupai tabung panjang dan bobotnya juga bisa sama dengan bobot seorang manusia.



    C.  Dimensi Aksiologi

    Bagaimana kita mencapai kesatuan Taekwondo? Taekwondo adalah cara hidup, seperti memiliki pekerjaan, membesarkan keluarga, berjuang untuk membuat suatu perubahan. Apa yang membuat Taekwondo berbeda dari yang lain bahwa hal itu adalah kegiatan untuk bertahan hidup dalam situasi yang sangat bertentangan. Satu selalu harus mengatasi musuh yang mencoba untuk menyebabkan kerusakan. Tetapi hanya memenangkan pertarungan saja tidak cukup untuk menjamin keselamatan seseorang, karena musuh dapat memulihkan diri dan menyerang lagi. Selain itu, mungkin ada musuh lain daripada yang hanya dikalahkan. Seseorang tidak dapat pernah merasa aman, kecuali kedamaian satu keuntungan permanen. Untuk mencapai perdamaian permanen atau abadi, salah satu kebutuhan kesatuan. Ini adalah tujuan Taekwondo untuk apa. Jika tidak Taekwondo akan ada berbeda dari pertempuran jalan-keterampilan lainnya.

    Taekwondo mengejar pertumbuhan yang harmonis dan perbaikan hidup melalui kegiatan yang unik. Inilah sebabnya mengapa orang bisa mengatakan Taekwondo adalah suatu cara hidup. Untuk akhirnya memungkinkan diri kita untuk menjalani kehidupan yang lebih berharga, kita akan melakukannya dengan baik dengan menemukan prinsip-prinsip panduan tersembunyi dalam Taekwondo.

    Aplikasi dari seni bela diri Taekwondo adalah melalui suatu pertandingan, baik pertandingan kyurugi ataupun poomse. Dalam pertandingan kyurugi ataupun poomse ada hal-hal yang harus diikuti, sebut saja itu adalah peraturan pertandingan. Peraturan pertandingan menuntut seluruh atlet untuk mengikuti pertandingan dengan tertib sehingga azas-azas Taekwondo akan bisa tercapai baik untuk diri sendiri ataupun orang-orang yang ada disekitarnya.




    a.    Azas-azas Taekwondo

    Dalam Taekwondo ada beberapa azas yang harus dipahami oleh seorang Taekwondoin. Tujuannya untuk mencapai kempampuan secara keseluruhan, disamping menguasai kemampuan teknik ataupun keterampilan tetapi juga mampu menguasai diri sendiri terhadap hal-hal negatif yang bisa menghilangkan derajat seorang olahragawan. Azas-azas tersebut diantaranya :

    1)      Azas Pancasila

    2)      Azas Sportifitas.

    3)      Azas Kedisiplinan.

    4)      Azas Kejujuran.

    5)      Azas Saling Menghormati

    6)      Azas Pengendalian Diri.

    7)      Azas Keramahan.

    8)      Azas Semangat yang tidak pernah padam.

    9)      Azas Tidak Mudah Putus Asa.

    10)  Azas Keikhlasan.

    11)  Azas Mengutamakan kepentingan Organisasi di atas kepentingan Pribadi.

    12)  Azas Rendah Hati.

    Apabila seorang Taekwondoin mampu menjalankan semua azas tersebut maka dipercaya semua pertandinga Taekwondo akan berjalan dengan baik dan lancar, karena akan terciptanya pertandingan aman, adil dan tertib.

    b.    Peraturan Pertandingan

    Pertandingan yang banyak dipertandingkan pada masa sekarang ini adalah kejuaraan kyurugi dan poomse. Masing-masing mempunyai peraturan dan cara penilaian sendiri.

    1)        Peraturan Pertandingan Kyurugi (body contact)

    1.        Atlet wajib memakai semua peralatan pelindung.

    2.        Menggunakan arena (matras ukuran 8 x 8 meter

    3.        Durasi waktu 2 menit x 3 ronde

    4.        1 wasit tengah, dan minimal 3 juri

    5.        Bagian badan yang di tendang mulai perut ke atas

    6.    Pelanggaran (kyonggo) dikurangi setengah, pemotongan (ganjum) dikurangi satu (point bertambah pada skor lawan)

    7.        Menang – kalah dinyatakan dengan perolehan point setelah babak ke tiga (kecuali KO)

    8.        Point 1 untuk tendangan ke arah perut,

    Point 2 untuk tendangan memutar ke arah perut

    Point 3 untuk tendangan ke arah kepala

    Point 4 untuk tendangan memutar ke arah kepala

    2)        Peraturan Pertandingan Poomse (jurus)

    Dalam poomse ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh seorang atlet pada saat mengikuti pertandingan. Peraturannya adalah :

    1.        Atlet wajib memakai dobok (pakaian Taekwondo)

    2.        Menggunakan arena 10 x 10 meter

    3.        Katagori yang dipertandingkan:

    a.    Individu

    b.    Pasangan

    c.    Kelompok

    d.   Campuran

    4.        Total skor adalah 10,0

    5.        Atlet wajib mengikuti aba-aba dari instruktur

    6.        Kriteria penilaian :

    a.    Akurasi dari teknik poomse

    1)   Akurasi dari gerakan dasar dan keseimbangan

    2)   Detail dari setiap poomse

    b.    Presentasi

    1)   Kecepatan dan Power

    2)   Irama/ritme

    3)   Ekspresi dari energi


    BAB III

    PENUTUP

    A.   Kesimpulan


    Taekwondo adalah salah satu seni bela diri tradisional Korea yang paling sistematis dan ilmiah, yang mengajarkan lebih dari keterampilan pertempuran fisik. Ini adalah disiplin yang menunjukkan cara meningkatkan semangat dan kehidupan melalui pelatihan tubuh dan pikiran kita. Taekwondo berasal dari 3 suku kata, yaitu “tae” artinya kaki / menghancurkan dengan tendangan, “kwon” artinya tangan / memukul atau bertahan dengan tangan kosong, dan “do” artinya cara / metode.  Jadi secara keseluruhan Taekwondo adalah “suatu cara atau metode untuk menghancurkan dan bertahan dengan menggunakan kaki dan tangan”.

    Cabang Taekwondo yang sekarang dipertandingkan ada dua macam, yaitu kyurugi (body contact) dan poomse (jurus). Dalam Taekwondo tidak hanya menekankan latihan atau pengembangan teknik saja, melainkan pengembangan latihan mental dan juga karakter yang terkandung didalam bela diri Taekwondo.

    B.   Saran


    Sangat diharapkan kepada para pembina atau pelatih Taekwondo, dalam menerapkan teknik-teknik atau ilmu kepada anak didik atau atlet, jangan sampai hanya mengembangkan kemampuan keterampilannya tetapi berikan pemahaman terhadap pengendalian diri atau memahami nilai-nilai yang terdapat dalam bela diri Taekwondo.

    Daftar Pustaka


    Adhy. (t.thn.). filosofi sabuk pada taekwondo. Dipetik 12 09, 2011, dari Martial Art: http://adhytam14vchik.student.umm.ac.id/139/

    Anneahira. (2010). Taekwondo. Dipetik 12 09, 2011, dari www.anneahira.com/taekwondo.htm

    Hidayat, C. d. (2008). Taekwondo. Tasikmalaya: PJKR Universitas Siliwangi.

    Suryadi, V. Y. (2008). Poomse Taekwondo untuk Kompetisi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

    Susanto. (2011). Filsafat Ilmu suatu Kajian dalam Dimensi Ontologi, Epistimologi dan Aksiologi. Jakarta: Bumi Aksara.

    Zuhri Mulya, T. I., & Gunawan, S. (2008). Competition Rules dan Interpretation World Taekwondo Federation.