BELADIRI TAEKWONDO
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seni bela diri sepertinya memang
dimiliki oleh setiap negara. Kebutuhan dalam melindungi diri dari
berbagai gangguan yang membahayakan merupakan salah satu dari sekian
banyaknya alasan mengapa seseorang ingin belajar bela diri. Bela diri
ibarat sebuah senjata yang dimiliki secara pribadi. Senjata itu bisa
digunakan di manapun dan kapan pun saat dibutuhkan. Bela diri juga
merupakan senjata paling efisien, tanpa harus kerepotan membawa
benda-benda tajam misalnya, kita akan siap melawan ancaman-ancaman
berbagai kejahatan.
Benua Asia sepertinya mempunyai
variasi bela diri lebih banyak dibandingkan dengan benua lainnya.
Taekwondo merupakan salah satu ilmu bela diri nasional masyarakat Korea,
dan yang paling banyak di pelajari dan digunakan oleh masyarakat dunia.
Tae artinya melumpuhkan lawan dengan menggunakan kaki atau tendangan.
Kwon artinya gerakan menyerang lawan dengan tangan, meninju, menangkis
dan memukul. Do artinya seni atau metode yang berjalan. Sehingga secara
harfiah Taekwondo merupakan ilmu mempelajari serangan dengan menggunakan
kaki dan tangan untuk menendang, menangkis dan memukul lawan.
Filosofi Taekwondo perlu sekali
dipahami, sehingga seseorang minimalnya mampu mempraktekkan semua
aktifitas Taekwondo dengan mempertimbangkan nilai-nilai yang terkandung
didalamnya. Maka dalam kajiannya Taekwondo bisa dilihat ke dalam tiga
dimensi yaitu; ontologi yang membicarakan tentang keberadaan Taekwondo,
epistimologi membicarakan tentang sumber-sumber, sarana dan prasarana
dalam melakukan aktifitas Taekwondo, dan aksiologi membicarakan tentang
bagaimana aplikasi dari Taekwondo terhadap kehidupan nyata yang
membutuhkan nilai-nilai yang sesuai norma dan moral.
BAB II
PEMBAHASAN
B. Dimensi Ontologi
1. Asal Mula Taekwondo
Pada dasarnya manusia mempunyai
insting untuk selalu melindungi diri dan hidupnya, hal ini secara
disengaja maupun tidak akan memacu aktivitas fisiknya sepanjang waktu.
Manusia dalam tumbuh dan berkembang tidak dapat lepas dari kegiatan /
gerakan fisiknya , tanpa menghiraukan waktu dan tempat. Pada masa kuno
manusia tidak punya pikiran lain untuk mempertahankan dirinya kecuali
dengan tangan kosong, hal ini secara alamiah mengembangkan teknik -
teknik bertarung dengan tangan kosong. Pada saat kemampuan bertarung
secara tangan kosong dikembangkan sebagai suatu cara untuk menyerang dan
bertahan, digunakan pula untuk membangun kekuatan fisik seseorang,
bahkan dijadikan pertunjukan dalam acara ritual.
Manusia mempelajari teknik -
teknik bertarung didapat dari pengalaman nya melawan musuh - musuhnya.
Inilah yang diyakini menjadi dasar seni beladiri Taekwondo yang kita
kenal sekarang, dimana pada masa lampau dikenal sebagai 'Subak" ,
"Taekkyon", " Takkyon" , maupun beberapa nama lainnya. Pada asal mula
sejarah Semenanjung Korea, ada 3 suku bangsa / kerajaan yang
mempertunjukan kontes seni beladiri pada acara ritualnya. Ketiga
kerajaan ini saling bersaing satu sama lain, ketiganya adalah Koguryo,
Paekje dan Silla, semuanya melatih para ksatria untuk dijadikan salah
satu kekuatan negara, bahkan para ksatria yang tergabung dalam militer
saat itu, menjadi warga negara yang mempunyai kedudukan yang sangat
terpandang.
Menurut catatan , kelompok
ksatria muda yang terorganisir seperti " Hwarangdo" di Silla dan
"Chouisonin " di Koguryo, semuanya menjadikan latihan seni beladiri
sebagai salah satu subyek penting yang harus dipelajari. Sebuah buku
tentang seni beladiri yang disebut " Muye Dobo Tongji " menyebutkan : " (
Taekwondo) Seni pertarungan tangan kosong adalah dasar dari seni
beladiri, yang membangun kekuatan dengan melatih tangan dan kaki hingga
menyatu dengan tubuh agar dapat bergerak bebas leluasa, sehingga dapat
digunakan saat menghadapi situasi yang kritis, berarti (Taekwondo) dapat
digunakan setiap saat ".
Pada Dinasti Koryo ( 918 sampai
1392 Masehi ) yang mana penyatuan Semenanjung Korea setelah Shilla,
Taekkyon berkembang sangat sistematis dan merupakan mata ujian penting
untuk seleksi ketentaraan. Teknik Taekkyon tumbuh menjadi senjata yang
efektif untuk membunuh. Pada permulaan Dinasti Koryo, kemampuan beladiri
menjadi kualifikasi untuk merekrut personel ketentaraan sebab kerajaan
membutuhkan kemampuan pertahanan yang kuat setelah penaklukan seluruh
semenanjung Korea. Kemampuan dalam beladiri Taekkyon sangat menentukan
pangkat seseorang dalam ketentaraan. Raja - raja pada dinasti Koryo
sangat tertarik pada kontes Taekkyon yang disebut "Subakhui", yang
populer juga dimasyarakat dan dijadikan ajang perekrutan tentara. Namun
pada akhir pemerintahan Dinasti Koryo ketika penggunaan senjata api
mulai dikenal , membuat dukungan terhadap kemajuan beladiri berkurang
jauh.
Pada masa modern Korea , saat
Dinasti Chosun ( Yi ) pada tahun 1392 sampai 1910, Kerajaan Korea dan
Jaman penjajahan Jepang sampai tahun 1945, Subakhui dan Taekkyon,
sebutan Taekwondo pada saat itu mengalami kemunduran dan tidak mendapat
dukungan dari pemerintah yang memodernisasi tentaranya dengan senjata
api. Dinasti Yi yang didirikan dalam ideologi Konfusius, lebih
mementingkan kegiatan kebudayaan daripada seni beladiri. Kemudian, saat
raja Jungjo setelah invasi oleh Jepang pada tahun 1952, pemerintah
kerajaan membangun kembali pertahanan yang kuat dengan memperkuat
latihan ketentaraan dan praktek seni beladiri. Seputar periode ini,
terbit sebuah buku tentang ilustrasi seni bela diri yang diber judul
Muyedobo - Tonji, yang memuat gambar - gambar dan ilustrasi yang mirip /
menyerupai bentuk / sikap ( Poomse ) dan Gerakan Dasar ( Basic Movement
) Taekwondo sekarang, namun tentunya hal ini tak dapat diperbandingkan
begitu saja dengan Taekwondo saat ini yang telah dimodernisasi dengan
penelitian yang berdasarkan ilmu pengetahuan modern ( Scientific
Studies). Akan tetapi , saat penjajahan Jepang semua kesenian rakyat
dilarang termasuk Taekkyon, untuk menekan rakyat Korea. Seni beladiri
Taekkyon hanya diajarkan secara sembunyi oleh para master beladiri
sampai masa kemerdekaan pada tahun 1945.
Seiring dengan kemerdekaan Korea
dari penjajahan Jepang, konsep baru tentang kebudayaan dan tradisi
mulai bangkit. Banyak para ahli seni beladiri mendirikan sekolah /
perguruan beladiri . Dengan meningkatnya populasi dan hubungan kerjasama
yang baik antar perguruan beladiri, akhirnya diputuskan menyatukan
berbagai nama seni beladiri mereka dengan sebutan : Tae Kwon Do, pada
tahun 1954. Pada 16 September 1961 sempat berubah menjadi Taesoodo namun
kembali menjadi Taekwondo dengan organisasi nasionalnya bernama Korea
Taekwondo Association (KTA) pada tanggal 5 Agustus 1965, dan menjadi
anggota Korean Sport Council. Pada era tahun 1965 sampai 1970-an , KTA
banyak menyelenggarakan berbagai acara pertandingan dan demonstrasi
untuk berbagai kalangan pada skala nasional. Taekwondo berkembang dan
menyebar dipelbagai kalangan, hingga diakui sebagai disiplin / program
resmi oleh Pertahanan Nasional Korea , menjadi olahraga wajib bagi
tentara dan polisi. Tentara Korea yang berpartisipasi dalam perang
Vietnam dibekali keahlian Taekwondo, pada saat itulah Taekwondo
mendapatkan perhatian besar dari dunia. Nilai lebih ini menjadikan
Taekwondo dinyatakan sebagai olahraga nasional Korea. Pada tahun 1972,
Kukkiwon didirikan, sebagai markas besar Taekwondo, hal ini menjadi
penting bagi pengembangan Taekwondo keseluruh dunia. Kejuaran dunia
Taekwondo yang pertama diadakan pada tahun 1973 di Kuk Ki Won, Seoul,
Korea Selatan, sampai saat ini kejuaraan dunia rutin dilaksanakan setiap
2 tahun sekali. Disamping itu , untuk meningkatkan kualitas Instruktur
Taekwondo diseluruh dunia, Kukkiwon membuka Taekwondo Academy, yang
mulai tahun 1998 telah membuka Program pelatihannya bagi Instruktur
Taekwondo dari seluruh dunia. Kuk Ki Won, sebagai markas besar Taekwondo
Dunia, disinilah pusat penelitian dan pengembangan Taekwondo, Pelatihan
para Instruktur , sekretariat promosi ujian tingkat internasional. Pada
28 Mei 1973, The World Taekwondo Federation ( WTF ) didirikan, dan
sekarang telah mempunyai 156 negara anggota dan Taekwondo telah
dipraktekan oleh lebih dari 50 juta orang diseluruh penjuru dunia, dan
angka ini masih terus bertambah seiring perkembangan Taekwondo yang
makin maju dan populer. Taekwondo telah dipertandingkan diberbagai
pertandingan multi even diseluruh dunia, dan Taekwondo telah
dipertandingkan sebagai ekshibisi pada Olympic Games 1988 Seoul dan
telah dipertandingkan sebagai cabang olahraga resmi di Olympic Games
2000, Sydney.
2. Materi Taekwondo
Materi dalam berlatih beladiri
Taekwondo ada tiga materi yang semuanya harus di pelajari secara
kontinyu. Adapaun tiga materi tersebut adalah :
a. Poomsee atau rangkaian
jurus adalah rangkaian teknik gerakan dasar serangan dan pertahanan
diri, yang dilakukan melawan lawan yang imajiner, dengan mengikuti
diagram tertentu. Setiap diagram rangkaian gerakan poomse didasari oleh
filosofi timur yang menggambarkan semangat dan cara pandang bangsa
korea.
b. Kyukpa atau teknik
pemecahanbenda keras adalah latihan teknik dengan memakai sasaran atau
obyek benba mati, untuk mengukur kemampuan dan ketepatan tekniknya.
Obyek sasaran yang biasanya dipakai antara lain papan kayu, batu bata,
genting, dan lain-lain. Teknik tersebut dilakukan dengan tendangan,
pukulan, sabetan, bahkan tusukan jari tangan.
c. Kyoruki atau pertarungan
adalah latihan yang mengaplikasikan teknik gerakan dasar atau poomse,
dimana dua orang yang bertarung saling mempraktekan teknik serangan dan
teknik pertahanan diri.
3. Filosofi Taekwondo
Taekwondo memiliki filosofi dan
nilai-nilai yang penting dalam keidupan. Bukan hanya sekedar menendang,
memukul dan menangkis tetapi sekaligus sebagai hiburan, seni, dan
keindahan didalamnya. Nilai-nilai filsafat yang ada pada Taekwondo bisa
dilihat pada lambang Taekwondo, seragam Taekwondo dan pada sabuk
Taekwondo.
1) Lambang Taekwondo Indonesia
Filosofi yang terkandung dalam lambang Taekwondo Indonesia diantaranya sebagai berikut :
a. Warna dasar merah putih memberikan makna atau sebagai identitas Negara Kesatuan Republik Indonesia
b. Kepalan tangan memberikan makna bahwa;
· Ibu jari mencirikan sebagai seorang pembina yang selalu melindungi dan memberikan arahan dalam Taekwondo.
· Jari telunjuk menggambarkan seorang pelatih yang selalu memberikan latihan dan didikan dalam menguasai Taekwondo.
· Jari Tengah menggambarkan
seorang atlet yang selalu berjuang dalam menguasai Taekwondo baik
secara fisik, teknik, taktik, dan mental.
· Jari manis menggambarkan seorang penyandang dana yang selalu hadir untuk memberikan dorongan semangat secara material.
· Jari kelingking
menggambarkan seorang cendekiawan yang bisa memberikan dan berbagi
mengenai perkembangan ilmu pengetahuan baik secara global maupun
spesialisasi dalam hal Taekwondo.
c. Lingkaran hitam melambangkan suatu kesatuan yang abadi terhadap unsur-unsur yang terkandung didalamnya.
2) Seragam (Dobok) Taekwondo
Tidak hanya seragam yang cukup
melindungi tubuh dari sinar matahari, tapi pakaian Taekwondo pun
mempunyai arti filosofi yang terkandung didalamnya,diantaranya:
· Bagian atas seragam melambangkan langit yang luas.
· Bagian bawah seragam melambangkan bumi yang ada kehidupan
· Sabuk atau dalam
istilah Korea biasa disebut Tie melambangkan sirkulasi kehidupan manusia
yang berada diantara langit dan bumi.
· Warna putih
melambangkan kesucian hati, kemuliaan jiwa, dan perdamaian yang selalu
dicerminkan oleh seorang Taekwondoin
· Bentuk V pada seragam bagian atas menggambarkan identitas pakaian khas Korea yang berarti harapan dan prestasi.
3) Sabuk Taekwondo
Nilai filsafat yang terkandung
dalam Taekwondo, bisa dicerminkan juga pada warna-warna sabuk yang biasa
dipakai oleh seorang Taekwondoin. Warna sabuk menunjukan tingkat
kemampuan seseorang dalam menguasai ilmu Taekwondo. Warna sabuk tersebut
terdiri dari:
a. Sabuk Putih melambangkan
kesucian. Artinya seseorang yang baru lahir dan baru mengenal Taekwondo
atau sebagai dasar dan permulaan.
b. Sabuk Kuning melambangkan bumi atau tanah. Artinya seseorang sudah mulai diberikan berbagai ilmu-ilmu dasar Taekwondo.
c. Sabuk Hijau malambangkan dedaunan yang tumbuh. Artinya seseorang kemampuannya mulai berkembang dan tumbuh.
d. Sabuk Biru melambangkan
langit. Artinya ilmu yang benar-benar diberikan harus dikuasai dan
dimengerti, sehingga dapat mengembangkan kembali ilmu-ilmu sudah ada.
e. Sabuk Merah melambangkan
matahari. Artinya kemampuan dalam menguasai segala bentuk ilmu maka
harus bisa memberikan manfaat untuk orang lain, dan harus mampu
menguasai diri atas segala emosi yang kemungkinan terjadi.
f. Sabuk Hitam melambangkan
kedewasaan. Artinya seseorang pada tingkat ini sudah mampu mengontrol
diri, bertanggung jawab, integritas, loyalitas dan mampu menguasai
keadaan lingkungan.
B. Dimensi Epistimologi
1. Dasar – dasar Bela Diri Taekwondo
Dasar-dasar Taekwondo terbentuk
dari kombinasi berbagai teknik gerakan menyerang dan bertahan yang
menggunakan bagian tubuh kita untuk menghadapi lawan. Dasar-dasar
Taekwondo terdiri dari 5 komponen dasar, yaitu :
a. Keupso (bagian tubuh yang menjadi sasaran)
1) Eolgol (bagian atas/kepala/muka)
2) Momtong (bagian tengah/badan)
3) Arae (bagian bawah tubuh)
b. Bagian tubuh yang digunakan untuk menyerang dan bertahan
1) Jumeok (kepalan), yaitu Deung-Jumeok (punggung kepalan), Me-Jumeok (kepalan palu), Pyon-Jumeok, Bam-Jumeok, Jipke-Jumeok.
2) Son (tangan), yaitu Sonnal
(pisau tangan), Sonnal-Deung, Batang-Son (telapak tangan), Pyon-Jumeok,
Pyonson-Keut dengan variasi Pyonson-Keut Sewo Chireugi, Pyonson-Keut
Upeo Chireugi, Jechin-Pyonson-Keut, Gawison Keut, Ageum Son.
3) Palmok (lengan), yaitu An Palmok (lengan bagian dalam), Bakkat Palmok (lengan bagian luar) , Deung Palmok, Mit Palmok.
4) Palgup (siku).
5) Dari (kaki bagian atas) yaitu Mureup / lutut dan Jeonggang Wi / tulang kering, dan
6) Bal (kaki bagian bawah),
yaitu Ap chuk (ujung depan telapak kaki), Dwitchuk (telapak kaki bagian
belakang), Dwikumchi (tumit), Baldeung (punggung kaki), Balnal Deung,
Balbadak (telapak kaki bagian dalam), Balkkeut, Balnal (pedang telapak
kaki).
c. Seogi (sikap kuda-kuda)
1) Neolpyo Seogi (sikap kuda-kuda terbuka), terdiri atas
a) Pyeonhi Seogi (sikap kuda-kuda rileks)
b) Charyeot Seogi (sikap kuda-kuda bersiap)
c) Naranhi Seogi (sikap kuda-kuda sejajar).
d) Juchum Seogi (sikap kuda-kuda duduk).
e) Ap Seogi (sikap kuda-kuda jalan pendek).
f) Ap Kubi Seogi (sikap kuda-kuda jalan panjang).
g) Dwit Kubi Seogi (sikap kuda-kuda kuda-kuda L).
h) Beom Seogi (sikap kuda-kuda harimau).
i) Hakdari Seogi (sikap kuda-kuda satu kaki)
2) Moa Seogi (sikap kuda-kuda tertutup), terdiri atas Moa Seogi dan Koa Seogi (sikap kuda-kuda kaki menyilang).
3) Teuksu Poom Seogi (sikap
kuda-kuda khusus), terdiri atas Kibon Junbi Seogi (sikap kuda-kuda
siap), Bojumeok Junbi Seogi (sikap kuda-kuda siap dengan menutup
kepalan).
d. Makki (tangkisan), berbagai macam tangkisan diantaranya yaitu:
1) Arae Makki (tangkisan ke bawah)
2) Eolgol Makki (tangkisan ke atas)
3) Momtong An Makki (tangkisan ke tengah dari luar ke dalam)
4) Momtong Bakkat Makki (tangkisan ke tengah dari dalam ke luar)
5) Sonnal Momtong Makki (tangkisan ke tengah dengan pisau tangan)
6) Batang Son Momtong An Makki (tangkisan ke tengah dari luar dengan bantalan telapak tangan)
7) Kawi Makki (tangkisan menggunting)
8) Sonnal Bitureo Makki (tangkisan melintir dengan satu pisau tangan)
9) Hecho Makki (tangkisan ganda ke luar)
10) Eotgoreo Arae Makki (tangkisan silang ke arah bawah)
11) Wesanteul Makki (tangkisan ganda memotong arah bawah dan ke luar.
1) Jereugi (pukulan), yaitu :
a. Momtong Jireugi (pukulan lurus ke depan, sasaran tengah / ulu hati).
b. Yeop Jireugi (pukulan lurus ke samping).
c. Dangkyo Teok Jireugi (pukulan ke rahang sambil menarik).
d. Du Jumeok Jecho Jireugi (pukulan ganda mengait ke atas).
2) Chigi (sabetan), yaitu :
a. Han Sonnal Mok Chigi (sabetan tunggal dengan pisau tangan)
b. Jebipoom Mok Chigi (sabetan dari lura ke dalam dibarengi tangkisan pisau tangan ke arah atas)
c. Me Jumeok Naeryo Chigi (sabetan dari atas ke bawah dengan bantalan kepalan bagian ruas kelingking)
d. Dung Jumeok Eolgul Ap Chigi (sabetan depan menggunakan bonggol atas kepalan dengan sasaran atas)
e. Palkup Dollyo Chigi (sabetan memutar dengan siku tangan)
f. Palkup Pyojeok Chigi (sabetan siku tangan dengan sabetan sasaran/target terpegang)
g. Mureup Chigi (sabetan yang menggunakan lutut)
h. Deung Jumeok Bakkat Chigi (sabetan dari dalam ke luar dengan menggunakan bonggol atas kepalan).
3) Chireugi (tusukan), yaitu :
a. Pyeonson Keut Sewo Chireugi (tutuksan dengan telapak tangan tegak)
b. Kawison Keut Chireugi (tusukan dengan 2 jari ke arah mata)
4) Chagi (tendangan), yaitu :
a. Ap Chagi (tendangan depan)
b. Dollyo Chagi (tendangan serong/memutar kesamping)
c. Yeop Chagi (tendangan samping)
d. Dwi Chagi (tendangan belakang)
e. Naeryo Chagi (tendangan menurun/mencangkul)
f. Twio Yeop Chagi (tendangan Yoep Chagi dengan melompat)
g. Dwi Huryeo Chagi (tendangan balik dengan mengkait)
h. Doobal Dangsang Chagi (tendangan ganda ke depan sambil melompat)
i. Twio Ap Chagi
j. Twio Dwi Chagi
2. Sarana dan Prasarana Taekwondo
Didalam setiap cabang olahraga
baik dari aktivitas permainan sampai pada aktivitas air, membutuhkan
sarana dan prasarana yang mendukung dalam proses pencapaian penguasaan
kemampuan yang diharapkan. Mulai dari pakaian hingga peralatan yang
digunakan untuk latihan dan bertanding.
a. Pakaian Taekwondo
Pakaian ataupun seragam latihan
merupakan bagian yang sangat penting dalam olahraga, begitupun dengan
Taekwondo membutuhkan pakaian seragam. Di Taekwondo pakaian latihan yang
biasa digunakan disebut Dobok (bahasa Korea). Dobok yang digunakan oleh
pemula yaitu warna putih polos, mulai dari baju, celana dan sabuk.
Tetapi wajib menggunakan logo Taekwondo Pengurus Besar Taekwondo
Indonesia di baju bagian dada kiri.
Selain yang putih polos, ada
juga baju yang pada bagian kerahnya berwarna hitam. Itu biasanya
digunakan oleh pemegang sabuk hitam (tingkatan DAN), atau juga bisa
dipakai oleh pemegang sabuk warna (sebelum DAN) tetapi hanya digunakan
pada saat pertandingan atau kejuaraan Taekwondo, baik itu kejuaraan
Kyurigi (pertarungan) ataupun Poomse (jurus).
b. Peralatan Taekwondo
Bela diri Taekwondo dikenal
dengan cabang bela diri yang paling aman. Karena didalam suatu
pertandingan Taekwondo (khususnya kyurugi) menggunakan peralatan yang
sangat lengkap, diantaranya:
1) Body protector (pelindung
badan), yang bisa melindungi seluruh bagian badan (dari bahu sampai
perut bagian bawah), sampai melindungi tulang belakang.
2) Head guard atau pelindung kepala, yang melindungi seluruh bagian kepala kecuali bagian muka.
3) Hand guard (pelindung
lengan), yang melindungi lengan mulai dari siku-siku sampai ke jari-jari
tangan. Bagian yang dilindungi adalah lengan bagian luar, agar dalam
memblok tendangan bisa mengurangi sedikit rasa sakit.
4) Pelindung kaki, yang
melindungi kaki dibawah lutut hingga punggung kaki. Bagian yang
dilindungi adalah bagian tulang kering, agar tidak terjadi benturan
langsung anta tulang kering yang bisa menyebabkan patah tulang
5) Pelindung kemaluan, yang melindungi daerah kemaluan agar atlet merasa aman dalam bertanding.
6) Pelindung gigi, yang melindungi seluruh bagian gigi agar meminimalisir terjadinya patah gigi.
Selain peralatan pertandingan
tersebut, ada juga peralatan yang selalu digunakan untuk latihan,
diantaranya adalah pyong (target). Fungsinya adalah sebagai alat untuk
menjadi sasaran latihan tendangan atau pukulan. Tapi ada juga alat yang
digunakan untuk menambah power tendangan, yaitu biasa disebut dengan
sansak. Bentuknya menyerupai tabung panjang dan bobotnya juga bisa sama
dengan bobot seorang manusia.
C. Dimensi Aksiologi
Bagaimana kita mencapai kesatuan
Taekwondo? Taekwondo adalah cara hidup, seperti memiliki pekerjaan,
membesarkan keluarga, berjuang untuk membuat suatu perubahan. Apa yang
membuat Taekwondo berbeda dari yang lain bahwa hal itu adalah kegiatan
untuk bertahan hidup dalam situasi yang sangat bertentangan. Satu selalu
harus mengatasi musuh yang mencoba untuk menyebabkan kerusakan. Tetapi
hanya memenangkan pertarungan saja tidak cukup untuk menjamin
keselamatan seseorang, karena musuh dapat memulihkan diri dan menyerang
lagi. Selain itu, mungkin ada musuh lain daripada yang hanya dikalahkan.
Seseorang tidak dapat pernah merasa aman, kecuali kedamaian satu
keuntungan permanen. Untuk mencapai perdamaian permanen atau abadi,
salah satu kebutuhan kesatuan. Ini adalah tujuan Taekwondo untuk apa.
Jika tidak Taekwondo akan ada berbeda dari pertempuran
jalan-keterampilan lainnya.
Taekwondo mengejar pertumbuhan
yang harmonis dan perbaikan hidup melalui kegiatan yang unik. Inilah
sebabnya mengapa orang bisa mengatakan Taekwondo adalah suatu cara
hidup. Untuk akhirnya memungkinkan diri kita untuk menjalani kehidupan
yang lebih berharga, kita akan melakukannya dengan baik dengan menemukan
prinsip-prinsip panduan tersembunyi dalam Taekwondo.
Aplikasi dari seni bela diri
Taekwondo adalah melalui suatu pertandingan, baik pertandingan kyurugi
ataupun poomse. Dalam pertandingan kyurugi ataupun poomse ada hal-hal
yang harus diikuti, sebut saja itu adalah peraturan pertandingan.
Peraturan pertandingan menuntut seluruh atlet untuk mengikuti
pertandingan dengan tertib sehingga azas-azas Taekwondo akan bisa
tercapai baik untuk diri sendiri ataupun orang-orang yang ada
disekitarnya.
a. Azas-azas Taekwondo
Dalam Taekwondo ada beberapa
azas yang harus dipahami oleh seorang Taekwondoin. Tujuannya untuk
mencapai kempampuan secara keseluruhan, disamping menguasai kemampuan
teknik ataupun keterampilan tetapi juga mampu menguasai diri sendiri
terhadap hal-hal negatif yang bisa menghilangkan derajat seorang
olahragawan. Azas-azas tersebut diantaranya :
1) Azas Pancasila
2) Azas Sportifitas.
3) Azas Kedisiplinan.
4) Azas Kejujuran.
5) Azas Saling Menghormati
6) Azas Pengendalian Diri.
7) Azas Keramahan.
8) Azas Semangat yang tidak pernah padam.
9) Azas Tidak Mudah Putus Asa.
10) Azas Keikhlasan.
11) Azas Mengutamakan kepentingan Organisasi di atas kepentingan Pribadi.
12) Azas Rendah Hati.
Apabila seorang Taekwondoin
mampu menjalankan semua azas tersebut maka dipercaya semua pertandinga
Taekwondo akan berjalan dengan baik dan lancar, karena akan terciptanya
pertandingan aman, adil dan tertib.
b. Peraturan Pertandingan
Pertandingan yang banyak
dipertandingkan pada masa sekarang ini adalah kejuaraan kyurugi dan
poomse. Masing-masing mempunyai peraturan dan cara penilaian sendiri.
1) Peraturan Pertandingan Kyurugi (body contact)
1. Atlet wajib memakai semua peralatan pelindung.
2. Menggunakan arena (matras ukuran 8 x 8 meter
3. Durasi waktu 2 menit x 3 ronde
4. 1 wasit tengah, dan minimal 3 juri
5. Bagian badan yang di tendang mulai perut ke atas
6. Pelanggaran (kyonggo) dikurangi setengah, pemotongan (ganjum) dikurangi satu (point bertambah pada skor lawan)
7. Menang – kalah dinyatakan dengan perolehan point setelah babak ke tiga (kecuali KO)
8. Point 1 untuk tendangan ke arah perut,
Point 2 untuk tendangan memutar ke arah perut
Point 3 untuk tendangan ke arah kepala
Point 4 untuk tendangan memutar ke arah kepala
2) Peraturan Pertandingan Poomse (jurus)
Dalam poomse ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh seorang atlet pada saat mengikuti pertandingan. Peraturannya adalah :
1. Atlet wajib memakai dobok (pakaian Taekwondo)
2. Menggunakan arena 10 x 10 meter
3. Katagori yang dipertandingkan:
a. Individu
b. Pasangan
c. Kelompok
d. Campuran
4. Total skor adalah 10,0
5. Atlet wajib mengikuti aba-aba dari instruktur
6. Kriteria penilaian :
a. Akurasi dari teknik poomse
1) Akurasi dari gerakan dasar dan keseimbangan
2) Detail dari setiap poomse
b. Presentasi
1) Kecepatan dan Power
2) Irama/ritme
3) Ekspresi dari energi
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Taekwondo adalah salah satu seni
bela diri tradisional Korea yang paling sistematis dan ilmiah, yang
mengajarkan lebih dari keterampilan pertempuran fisik. Ini adalah
disiplin yang menunjukkan cara meningkatkan semangat dan kehidupan
melalui pelatihan tubuh dan pikiran kita. Taekwondo berasal dari 3 suku
kata, yaitu “tae” artinya kaki / menghancurkan dengan tendangan, “kwon”
artinya tangan / memukul atau bertahan dengan tangan kosong, dan “do”
artinya cara / metode. Jadi secara keseluruhan Taekwondo adalah “suatu
cara atau metode untuk menghancurkan dan bertahan dengan menggunakan
kaki dan tangan”.
Cabang Taekwondo yang sekarang
dipertandingkan ada dua macam, yaitu kyurugi (body contact) dan poomse
(jurus). Dalam Taekwondo tidak hanya menekankan latihan atau
pengembangan teknik saja, melainkan pengembangan latihan mental dan juga
karakter yang terkandung didalam bela diri Taekwondo.
B. Saran
Sangat diharapkan kepada para
pembina atau pelatih Taekwondo, dalam menerapkan teknik-teknik atau ilmu
kepada anak didik atau atlet, jangan sampai hanya mengembangkan
kemampuan keterampilannya tetapi berikan pemahaman terhadap pengendalian
diri atau memahami nilai-nilai yang terdapat dalam bela diri Taekwondo.
Daftar Pustaka
Adhy. (t.thn.). filosofi sabuk
pada taekwondo. Dipetik 12 09, 2011, dari Martial Art:
http://adhytam14vchik.student.umm.ac.id/139/
Anneahira. (2010). Taekwondo. Dipetik 12 09, 2011, dari www.anneahira.com/taekwondo.htm
Hidayat, C. d. (2008). Taekwondo. Tasikmalaya: PJKR Universitas Siliwangi.
Suryadi, V. Y. (2008). Poomse Taekwondo untuk Kompetisi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Susanto. (2011). Filsafat Ilmu suatu Kajian dalam Dimensi Ontologi, Epistimologi dan Aksiologi. Jakarta: Bumi Aksara.
Zuhri Mulya, T. I., & Gunawan, S. (2008). Competition Rules dan Interpretation World Taekwondo Federation.